Saham Jawara Berbalik Arah, Ulasan Bursa Saham Pekan Lalu 

Saham Jawara Berbalik Arah, Ulasan Bursa Saham Pekan Lalu 

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada tiga hari pertama di pekan lalu. Tetapi mampu mengurangi laju koreksi di dua hari terakhir perdagangan.

Secara akumulatif, indeks acuan bursa anjlok 1,14 persen atau 69,39 poin. Dari 6.086,26 pada akhir pekan lalu menjadi 6.016,864, Jumat (24/4/2021) lalu. Beberapa saham bank yang pekan sebelumnya menjadi jawara pencetak reli terbesar. Kali ini berbalik arah, menjadi top losers. Menurut data, sepanjang pekan lalu saham BMAS (PT Bank Maspion Indonesia Tbk) menduduki posisi terbawah. Setelah sahamnya selama 5 hari perdagangan anjlok hingga 30 persen. Saham PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA) mengikuti dengan koreksi 22,9 persen. Kemudian, saham lainnya yang masuk ke jajaran top losers adalah saham yang sensitif. Khususnya, terhadap turunnya tingkat konsumsi masyarakat. Di antaranya, PT Pudjiadi And Sons Tbk (PNSE) yang bergerak di sektor pariwisata. Dan PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) yang merupakan emiten tekstil. Keduanya terkoreksi masing-masing sebesar 19,1 dan 17,6 persen. Terakhir, saham konstruksi PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) masuk dalam lima besar saham top losers. Dengan pelemahan harga 17,5 persen dalam sepekan. Yang di mana harganya di pekan sebelumnya mencapai Rp 1.995, menjadi Rp 1.645.

Ada yang Over Sold, Ada yang Stabil

Konsultan Saham Kota Samarinda Irfan Maulana menyampaikan analisisnya. Beberapa saham lokal ada yang masih dalam status over sold. Ada pula yang stabil. Seperti, KONI atau PT Perdana Bangun Pusaka. Di mana, tren mayornya masih dalam status strong buy. Secara teknikal pula, untuk jangka harian, mingguan dan bulanan, statusnya masih mampu untuk mengalami kenaikan. "(KONI) masih direkomendasikan. Masih bisa untuk dibeli," ungkapnya, Minggu (25/4/2021). Secara teknikal pula, harga saham KONI sudah berada dalam over sold. Irfan juga menuturkan, kewaspadaan harus dilakukan buyer. Karena bisa saja, KONI akan mengalami penurunan koreksi. Kemudian, untuk saham PT Akbar Indomakmur Stimec Tbk. (AIMS). Secara teknikal untuk periode minggun hingga bulanan, saham ini masih memiliki kecenderungan untuk naik. Hingga resistance harga ke Rp 481. "AIMS masih masuk dalam opsional untuk direkomendasikan kepada buyer," kata Irfan. Untuk PT Trisula Internasional TBK, atau TRIS. Yang pekan lalu mengalami peningkatan 45,6 persen. Atau mengalami kenaikan senilai Rp 47. Dari Rp 103 menjadi Rp 150. Kata Irfan, secara harian saham TRIS berada di kondisi strong buy. Namun, secara tren mayor sendiri, saham ini masih dalam kondisi opsi strong sell. "Untuk weekly (TRIS) dalam kondisi netral. Jadi, kenaikan yang terjadi saat ini bisa saja masih dalam ranah koreksi," tegasnya. Adapun SAPX, atau PT Satria Antaran Prima Tbk. secara harian masih dalam kondisi strong buy. Rekomendasi opsionalnya pun dalam status bisa dibeli oleh buyer. Dalam tren mayor, SAPX adalah saham dalam peralihan. Yakni dari opsi jual menjadi opsi beli. "Jadi sangat direkomendasikan (untuk beli). Karena, kejaran harga selanjutnya adalah saham ini masih berpotensi mengejar resistance di level 1503," ucapnya. Lebih lanjut untuk saham PT Kresna Graha Investama Tbk. Yang berada di posisi kelima top gainers. Mengalami peningkatan sebesar Rp 30 dari Rp 92 menjadi Rp 122 per lembarnya. Dengan persentase pekan ini mencapai 32,6 persen. KREN menurut Irfan akan mengalami tren mayor saham dalam opsional bisa dijual. Adapun kenaikan yang terjadi saat ini adalah bentuk koreksi dari penurunan yang sebelumnya terjadi. "Kejaran harga selanjutnya adalah menuju ke level pivot 81," tambah Irfan. Saham PT Bank Maspion Indonesia (BMAS) yang sebelumnya berada di posisi teratas pertama di pekan lalu memang mengalami penurunan 30,0 persen. Yang di pekan kemarin memimpin di Rp 2.170. Kini, hanya Rp 1.520. Akan tetapi, BMAS menurut Irfan masih memiliki opsi buy untuk mayor tren. Dan bila terjadi penurunan seperti saat ini, hal itu dianggap wajar. Karena koreksi yang diakibatkan oleh kenaikan. Yang terjadi sangat signifikan di pekan sebelumnya. "Area kejaran selanjutnya secara teknikal adalah, saham ini masih memiliki peluang menuju level resistance 1485," tuturnya. PT Verena Multi Finance Tbk. (VRNA) yang berada di posisi top losers kedua setelah BAMS. Menurut Irfan, dari sentimen komunitas, saham ini memiliki opsi seratus persen untuk bullish. Dalam jangka pendek, VRNA masih bisa pada kondisi koreksi. Rekomendasinya, saat ini pun masih bisa untuk dibeli. Lantaran, peluang dalam beberapa pekan ke depan yang dinilai Irfan masih ada harapan. "Harga saham ini (VRNA) masih peluang mengejar resistance 214," lanjutnya. PT Pudjiadi And Sons (PNSE) yang mengekor di posisi ketiga top losers mengalami kondisi bearish. Tetapi, area yang dikejar PNSE adalah level 739. Dari teknikal pula, saham ini masih dalam peralihan bearish menuju bullish. Opsi yang diberikan Irfan untuk saham ini adalah bisa buy dari sekarang. PT Tifico Fiber Indonesia. (TFCO) juga mengalami penurunan 17,6 persen. Dalam tren mayor sendiri, secara teknikal saham ini dalam peralihan menuju trend bearish. "Area level kejaran selanjutnya (saham TFCO) adalah 388. Untuk rekomendasi, saham ini adalah opsi jual," ujar Irfan. (nad/eny)

Saham Netral dan Strong Sell

Walaupun ada di posisi 5 besar terbawah. Saham PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) dan PT Citra Tubindo (CTBN), masing-masing dalam kondisi netral dan strong sell. PTDU di pekan ini mengalami penurunan sebesar 17,5 persen. Di mana pekan kemarin menyentuh harga Rp 1.995 per lembarnya. Kini, Rp 1.645. Status ini menurut Irfan hanya di periode jangka pendek. Karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, saham PTDU dalam kondisi yang netral. Kemudian secara teknikal, tren mayor saham PTDU sendiri sedang mencoba untuk bullish. Meski dalam kondisi bearish, opsi yang pas untuk saham ini tetap bisa dibeli oleh buyer. "Proyeksi selanjutnya, saham ini mencoba mengejar level resistance di 2478," tandasnya. Lebih lanjut, CTBN yang statusnya masih strong sell walaupun berada di posisi terbawah top losers pekan ini. Di mana penurunannya mencapai 16,7 persen. Dengan nilai per lembarnya pekan sebelumnya Rp 3.240. Menjadi Rp 2.700 di pekan lalu. Tetapi, tetap saja menurut Irfan saham ini masih dalam harga jual yang sangat tinggi. Dengan status yang sudah jelas. "Secara teknikal tren mayor masih dalam opsi jual, nilainya juga (sangat) tinggi," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: