Nyaris 2 Tahun Belajar Tanpa Kursi dan Meja

Nyaris 2 Tahun Belajar Tanpa Kursi dan Meja

Pelajar di SMP 1 Segah sudah nyaris dua tahun belajar tanpa kursi dan meja. (istimewa) Tanjung Redeb, Disway – Kondisi memprihatinkan terjadi di dunia Pendidikan Berau. Nyaris dua tahun, siswa di SMP 1 Segah, harus belajar tanpa meja dan kursi. Seperti yang disampaikan warga Kecamatan Segah yang namanya enggan disebutkan, ia mengaku prihatin dengan kondisi siswa kelas VII sejak 2017 akhir, hingga Oktober ini masih saja melaksanakan aktivitas belajar tanpa meja dan kursi. “Saya sebagai salah satu orangtua murid tentu bertanya-tanya kenapa ini masih saja belum terselesaikan, padahal ini sudah berlangsung sejak 2017 lalu,” ungkapnya. Menanggapi persoalan tersebut, Wakil Bupati Berau Agus Tantomo yang diketahui pada 2018 lalu memberikan usulan melalui Pemerintah Kampung Tepian Buah, ditujukan kepada perusahan yang ada di sekitar kampung, guna memberikan bantuan kursi melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Usulan penggunaan dana CSR dalam pengadaan meja dan kursi di SMP 1 Segah tersebut, lantaran saat itu dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telah diketuk, hingga penyediaan kursi melalui dana APBD tak terakomodir. “Saya baru tahu kalau ternyata usulan saya lewat kampung untuk perusahaan sawit yang ada di sekitar sekolah itu, tidak diproses sampai saat ini. Dan menyebabkan pelajar SMP 1 Segah masih belajar melantai,” terangnya. “Ini sudah keterlaluan, padahal harga kursi satu pasang dengan meja hanya Rp 300 ribu, tetapi perusahaan tidak mengakomodir. Sementara itu kewajiban mereka untuk membantu pendidikan di daerah lingkar perusahaan,” sambungnya. Lanjut Agus, saat ini kursi yang dibutuhkan mencapai 100 pasang, namun ia meminta pihak perusahaan bisa memenuhi 50 kursi untuk kelas yang sangat membutuhkan. Bahkan, Agus memberi tenggang waktu selama sepekan untuk perusahaan itu merealisasikan kebutuhan sekolah, jika hal itu tetap tidak diindahkan oleh pihak perusahaan, warga setempat untuk menggelar unjuk rasa. “ Yang kami minta itu dana CSR, bukan dana pribadi pimpinan perusahaan, sangat keterlaluan sekali sampai tidak mengindahkan permohonan bantuan untuk sekolah itu, apalagi dia perusahan sawit terbesar di Segah,” ujarnya. “Kalau perlu warga turun berdemo keperusahaan itu jika memang tak ada kontribusi,” tambahnya. Selain itu, Agus juga menyebut proses pengadaan dari Dinas Pendidikan (Disdik) sempat mengalami hambatan lantaran saat itu perusahaan berjanji akan memberikan bantuan kursi. Hingga pihak Dinas Pendidikan menunda proses pengadaan kursi, namun nyatanya sudah nyaris 2 tahun tak terealisasikan oleh pihak perusahaan. “Dinas Pendidikan baru menganggarkan di APBD P tahun 2019 ini, informasi dari kepala dinas kalau kursi ini akan terealisasikan sebelum akhir tahun, tetapi saya minta agar dipercepat karena sudah sangat mendesak,” tutupnya. (*/rie/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: