Presiden Turki di Tengah Skandal Narkoba

Presiden Turki di Tengah Skandal Narkoba

Ankara, nomorsatukaltim.com - Pemerintah Turki menghadapi tantangan berat setelah video Kursat Ayvatoglu, seorang anggota Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa, viral di media sosial. Di dalam video itu, ia terlihat menghirup apa yang diyakini sebagai kokain di dalam mobil mewah.

Berita itu bertepatan dengan lebih dari 400 kilogram heroin yang disita di Turki tenggara dan lebih dari 3,8 ton ganja disita di barat laut negara itu dalam operasi terpisah. Meskipun Ayvatoglu awalnya membela diri dari tuduhan narkoba dengan mengklaim dia hanya menghirup gula bubuk yang terlihat seperti kokain sebagai lelucon, dia kemudian mengakui dalam surat resmi, Ayvatoglu adalah pengguna dan pengedar narkoba. Penggunaan kokain Ayvatoglu bersama dengan gaya hidupnya yang sangat mewah, yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang dipromosikan oleh AKP, mengundang kemarahan dari setiap segmen masyarakat, kecuali para pemilih AKP. Beberapa foto menunjukkan Ayvatoglu, berusia 20-an, menggunakan narkoba, berjudi, mandi busa, mengendarai mobil mewah yang tidak terjangkau dengan gaji staf parlemen, dan mengonsumsi alkohol—gaya hidup yang sering dikritik dan terkadang dikriminalisasi oleh AKP. Dia ditahan pada 26 Maret dan diberhentikan dari jabatannya di AKP. Ayvatoglu dikenal sebagai penasihat wakil ketua AKP Hamza Dag dengan beberapa foto yang menunjukkan, dia secara dekat membantu anggota parlemen dalam rapat dan mengawasinya setiap saat—meskipun Dag menolak klaim tersebut. “Kontrak kerja orang tersebut yang telah bekerja sebagai personel biro di markas selama hampir satu tahun telah berakhir,” kata Dag. Ayvatoglu, yang bekerja di sana dengan upah sekitar 3.000 lira Turki (USD 370) per bulan, mengatakan dalam pernyataan persnya, ia berdiri di sisi politisi terkemuka dari AKP untuk mendapatkan kekuatan dan “membuka pintu baru untuknya.” Beberapa foto Ayvatoglu bersama Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dan Presiden Recep Tayyip Erdogan serta tokoh-tokoh pemerintah lainnya juga memicu kemarahan yang meluas. “Mereka ingin mempolitisasi masalah ini,” kata Soylu menanggapi tuduhan korupsi. Setelah dibebaskan dengan syarat kontrol yudisial keesokan harinya, dia ditangkap lagi pada 28 Maret setelah kritik keras di media sosial dan kesaksian orang lain yang berada di dalam mobil yang sama dan yang mengonfirmasi dia menggunakan kokain. “Saya korban di sini. Saya diperas. Saya akan mengajukan keluhan atas hal ini,” katanya. Seraya menambahkan, mereka yang membocorkan video tersebut mencoba mendapatkan uang sebagai imbalan atas penghapusan rekaman tersebut. Anggota parlemen oposisi dan pengacara berprofesi Haluk Peksen mengajukan penyelidikan kepada jaksa penyidik ​​tentang asal-usul kekayaan Ayvatoglu. “Mengapa pemeriksaan kedokteran forensik tidak dilakukan? Mengapa tidak ada satu pun pertanyaan tentang aset yang rusak? Apa sumber kekayaannya? Apakah dia juga memberikan ‘gula bubuk’ kepada orang lain? Apakah ada lagi stok ‘gula bubuk’?” tanyanya. Undang-undang tersebut mewajibkan ketua jaksa untuk memeriksa aset para tersangka tanpa izin. Namun, belum ada pengumuman publik tentang apakah pemeriksaan ini akan dilakukan. Sebaliknya, dulu pengadilan menjatuhkan hukuman empat tahun dua bulan penjara kepada rapper Turki “Burry Soprano” karena “menghasut penggunaan narkoba” dalam lirik lagunya dan klip video. Pada Mei 2018, rapper terkenal lainnya, Ezhel juga ditangkap atas tuduhan yang sama. Dia dibebaskan dalam sidang pertamanya pada Juni 2018. Kasus Ayvatoglu mengungkap profil pemuda yang jauh lebih dalam di politik Turki, terutama mereka yang tampaknya berafiliasi dengan pemerintah. Deniz Zeyrek, seorang jurnalis pembangkang, mengatakan, gula bubuk telah menjadi simbol dari ‘profil manusia’ bermasalah yang telah muncul dalam 20 tahun terakhir di Turki dan telah menyebar terutama di kalangan kaum muda. Kalaupun mereka tidak percaya dengan ide, ideologi atau gaya hidup AKP, mereka selalu berpihak pada AKP. “Mereka berbicara tentang konservatisme, nasionalisme, periode Ottoman, dan mereka memberi hormat kepada Rabia Ikhwanul Muslimin di posting media sosial mereka,” kata Zeyrek. “Mereka melabeli orang-orang yang mengkritik pemerintah, yang berbicara tentang ketidakadilan dan praktik standar ganda sebagai pengkhianat atau tidak bermoral,” ujarnya. “Namun, mereka melakukan pekerjaan dilatarbelakangi harapan mendapatkan manfaat dari semua berkah kekuasaan. Mereka menjadi kaya. Jika mereka dalam masalah, mereka berlindung di bawah bayang-bayang pemimpin partai. Jika perlu, mereka berbohong tanpa ragu-ragu atau bahkan sampai ke dasar hasutan,” sebutnya. (mmt/qn) Sumber: Erdogan CS di Tengah Pusaran Narkoba, Skandal, dan Korupsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: