Hans Kwee Analisa IHSG Pekan Ini Tunjukkan Sinyal Menguat
Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Maret lalu mengalami penurunan. Bahkan menyentuh di bawah 6.000 dari sebelumnya yang sempat menyentuh level 6.300.
Dalam perdagangan Kamis (1/4/2021), IHSG ditutup menguat 0,43 persen atau naik 25 poin. IHSG bergerak fluktuatif di kisaran 5.988,023 hingga 6.020,164 sepanjang hari tersebut. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memproyeksikan IHSG awal pekan ini masih berpeluang menguat. Dengan support di level 5,892 sampai 5,700 dan resistance di level 6,066 sampai 6,170. “Ada beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada pekan pertama April 2021. Salah satunya zona Eropa masih menghadapi gelombang ketiga COVID-19,” terang Hans Kwee saat dihubungi melalui Whatsapp pada Minggu (4/4/2021). Sentimen pertama adalah yield obligasi 10 tahun Amerika Serikat terlihat naik tipis. Kenaikan tidak lepas dari data yang menunjukkan kenaikan lapangan kerja USA periode Maret sebagai sinyal pemulihan ekonomi Amerika. Data lapangan kerja tersebut merupakan yang terkuat dalam beberapa dekade terakhir. Data lapangan kerja di AS periode Maret 2021 sebanyak 916.000, ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebanyak 647.000. Sementara angka pengangguran mencapai 6 persen lebih rendah dari sesi sebelumnya sebesar 6,2 persen. Walaupun data angka lapangan kerja di AS menguat signifikan, tetapi diperkirakan tidak akan mengubah posisi kebijakan moneter The Fed. “Memang data indikator ekonomi kuat saat ini, diperkirakan tidak akan mengubah arah kebijakan moneter, tetapi cenderung mendorong Yield Obligasi AS jangka panjang terus naik,” ulasnya. Sentimen kedua yakni S&P 500 melewati ambang 4.000 untuk pertama kalinya setelah Presiden AS Joe Biden memperkenalkan proposal infrastruktur pemerintah yang mencapai multi-triliun dolar. Anggaran tersebut termasuk anggaran untuk jalan dan jembatan serta energi hijau dan peningkatan sistem air. Menurut Hans, hal ini merupakan pengeluaran besar kedua dari pemerintah Biden setelah ditandatangainya UU bantuan dan stimulus senilai USD 1,9 triliun pada 11 Maret. Presiden Joe Biden menyerukan penggunaan kekuatan pemerintah untuk membentuk kembali ekonomi Amerika Serikat yang merupakan terbesar di dunia dan mengimbangi keperkasaannya terhadap China. Proposal senilai USD 2 triliun lebih yang ditentang keras politisi Partai Republik. Terlihat Yield US Treasury kembali naik dipicu oleh prospek ekonomi oleh ekspansi anggaran infrastruktur Joe Biden senilai USD 2,3 triliun. Prospek ekonomi juga didukung oleh percepatan program vaksinasi. Ketiga, yaitu pasar saham diliputi sentimen bullish. Yang dipicu oleh rencana pengeluaran Joe Biden sebesar USD 2 triliun. Anggaran ini mencakup belanja USD 50 miliar untuk pembuatan chip dan penelitian teknologi lainnya. Harga saham emiten terkait semikonduktor naik di tengah harapan pemulihan pendapatan dan keuntungan. Dukungan ini membuat perusahaan berpotensi meningkatkan output untuk mengatasi kekurangan chip global. “Emiten terkait pembuat chip terdorong naik, menyusul laporan bahwa AS berencana untuk bertemu dengan perusahaan semikonduktor dan otomotif untuk membahas kekurangan mikroprosesor global,” tandasnya. Sentimen keempat, rencana yang diuraikan Presiden AS Joe Biden mencakup sekitar USD 2 triliun dalam pengeluaran selama delapan tahun akan menaikkan tarif pajak perusahaan dari 21 persen menjadi 28 persen untuk mendanai proyek tersebut. Kata Hans, beberapa kalangan di Wall Street khawatir bahwa pajak perusahaan yang lebih tinggi dapat menimbulkan ancaman bagi pemulihan pendapatan perusahaan dan harga saham. Pasar keuangan masih mencerna kenaikan pajak yang termasuk dalam rencana tersebut dan berpotensi menciptakan tekanan potensial bagi saham. Pasar keuangan menilai dalam kabar baik tentang infrastruktur dan menghargai hal negatif berupa kenaikan pajak perusahaan. Selanjutnya kelima, zona Eropa masih menghadapi gelombang ketiga COVID-19. Presiden Prancis Emmanuel Macron menetapkan penguncian nasional ketiga dan mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga pekan. Sejumlah negara Eropa kembali memberlakukan pembatasan wilayah ketat atau lockdown menyusul naiknya kasus. Terutama dipicu oleh virus COVID-19 varian baru yang lebih menular. Negara yang melakukan lockdown antara lain adalah Prancis, Italia, Ceko, Spanyol, Belgia, dan Belanda. “Zona Eropa terlihat tertinggal jauh dari Amerika Serikat dalam program vaksinasi,” sebutnya. Kemudian keenam, Hans mengatakan bahwa di tengah ancaman kebangkitan virus COVID-19 terlihat data ekonomi membaik. Purchasing Managers' Index (PMI) IHS Markit menunjukkan pabrik-pabrik zona euro tumbuh tercepat dalam hampir 24 tahun sejarah survei. Inflasi zona euro juga naik menjadi 1,3 persen pada Maret dari 0,9 persen di Februari. Angka pengangguran Jerman pada periode Maret turun 8.000 menjadi 2,745 juta. Meskipun ada langkah penguncian yang berlarut-larut karena kebangkitan COVID-19 mengganggu ekonomi terbesar di Eropa itu. Rilis data terbaru juga menunjukkan pemulihan ekonomi China yang solid. Keuntungan tahunan perusahaan industri China naik dalam dua bulan pertama 2021. Ditopang rebound di sektor manufaktur negara dan kebangkitan luas dalam aktivitas ekonomi. Indeks aktivitas manufaktur China di periode Maret, meningkat dengan laju tercepat dalam tiga bulan. Hal ini karena banyak pabrik meningkatkan produksi setelah jeda singkat selama liburan Tahun Baru Imlek. Sentimen selanjutnya dari dalam negeri. Di mana pemulihan ekonomi Indonesia di 2021 cenderung berbentuk kurva V. Menyusul membaiknya indikator perekonomian dan kemajuan penanganan pandemi COVID-19. Ia menyebut, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 mencatatkan rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Tercatat nilai PMI pada periode itu sebesar 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021 yang sebesar 50,9. Berbagai lembaga internasional seperti Bank Dunia, OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi/Organization for Economic Cooperation and Development), ADB (Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank) dan IMF (Dana Moneter Internasional/ International Monetary Fund) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4-4,8 persen. Angka ini sejalan dengan target pemerintah 4,5-5,5 persen. “Sentimen yang juga akan memengaruhi IHSG. Yaitu Kementerian Keuangan RI menjual obligasi senilai Rp 4,75 triliun, jauh di bawah target Rp 30 triliun. Jumlah tersebut merupakan yang terkecil yang pernah tercatat sejak 2016. Yakni kementerian menerima tawaran Rp 33,95 triliun,” katanya. Kondisi pasar keuangan, baik global maupun domestik, masih tertekan. Terutama karena dampak naiknya Yield Obligasi Pemerintah Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain. Tekanan terhadap rupiah juga memengaruhi preferensi investor dalam membeli surat berharga. Maka, pasar keuangan berpotensi rebound seiring dengan optimisme rencana paket infrastruktur Amerika Serikat. Tetapi pelaku pasar mencermati bagaimana dampak kenaikan pajak perusahaan. Hans Kwee menambahkan, pemulihan ekonomi terjadi di banyak negara walaupun ancaman pandemi COVID-19 masih terjadi. Termasuk di Indonesia. “Selain itu, aksi BPJSTK melakukan pengurangan porsi saham dan reksadana bisa mengganggu kenaikan IHSG pekan ini,” tutupnya. (fey/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: