Partai Islam Dapat Lima Kursi di Pemilu Israel

Partai Islam Dapat Lima Kursi di Pemilu Israel

Tel Aviv, nomorsatukaltim.com - Partai Islam konservatif, Raam, memenangkan suara minimal untuk mengamankan kursi di parlemen Israel dalam pemilu yang digelar awal pekan ini.

Partai Raam merupakan sebuah kelompok yang berakar pada gerakan keagamaan yang sama dengan Hamas, penguasa Jalur Gaza. Menurut New York Times, selama bertahun-tahun, Raam terlihat tidak tertarik dengan kepemimpinan di Negeri Zionis itu. Sebagaimana kebanyakan partai Arab, Raam juga kerap dikucilkan. Namun, hasil penghitungan 90 persen suara menunjukkan Raam memenangkan dukungan yang cukup untuk mengamankan lima kursi di Knesset Israel yang beranggotakan 120 orang. Hal tersebut dianggap mampu mengimbangi kekuasaan antara blok sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan aliansi beragama partai yang berusaha mengakhiri 12 tahun kekuasaannya. Raam adalah cabang politik dari Gerakan Islam, yang pada 1990-an terpecah menjadi cabang garis keras di utara dan cabang selatan yang lebih moderat dan bersedia untuk terlibat dalam proses demokrasi Israel. Raam termasuk dalam cabang selatan. Mengutip AFP, tahun lalu saat Israel memberikan suaranya, Raam menjadi bagian dari daftar partai gabungan yang sebagian besar diisi oleh orang-orang Arab. Namun aliansi itu retak awal tahun ini di tengah perpecahan ideologis antara Pemimpin Raam, Mansour Abbas dan mantan mitranya. Abbas yang konservatif lama berselisih dengan faksi-faksi Arab Israel lainnya, termasuk mereka yang memiliki akar komunis. Mansour Abbas merupakan politikus muslim konservatif. Meski begitu, ia menyatakan tidak menutup peluang partainya bergabung dengan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika menang lagi pemilu. Beberapa minggu sebelum pemungutan suara, Abbas menunjukkan keterbukaan untuk berurusan dengan Netanyahu. Abbas berpendapat, para pemimpin Arab memiliki tanggung jawab untuk bermitra dengan siapa pun yang berkuasa. Untuk mengatasi epidemi kejahatan yang mengguncang komunitas Arab di Israel. Padahal, selama ini partai politik komunitas Arab lainnya di Israel membenci pemerintahan Netanyahu. Lantaran kerap menjelekkan orang Arab-Israel dan isu konflik dengan Palestina. Raam sebelumnya menyatakan hanya akan mendukung pemerintahan dari luar. Tidak mau masuk dalam ring satu. Akan tetapi, kemungkinan Raam memainkan peran penentu dalam pembentukan pemerintah koalisi membuat gelombang besar di Israel. Sebagai informasi, Partai Arab independen belum pernah menjadi bagian dari Israel. Meskipun beberapa anggota parlemen Arab mendukung pemerintah Yitzhak Rabin dari luar pada 1990-an. Dilansir dari France 24, pada 2019, partai Raam berada di Daftar Gabungan (Joint List), aliansi dari sebagian besar partai Arab kiri yang bersatu menentang kebijakan anti-Arab sayap kanan Israel. Seperti 'Undang-Undang Negara-Bangsa', yang mengangkat identitas eksklusif Israel sebagai negara Yahudi serta merendahkan identitas dan hak-hak Arab. Daftar Gabungan telah membuat rekor perolehan suara selama dua tahun terakhir. Mereka memenangkan 13 kursi dalam pemilihan September 2019 dan meningkatkannya ke rekor 15 kursi dalam jajak pendapat April 2020. Hal ini menjadikannya blok terbesar ketiga dalam 120 kursi Knesset. Aliansi tersebut dipuji. Karena perannya selama dua tahun terakhir mampu mencegah Netanyahu mengamankan mayoritas yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan. Ini termasuk mendukung Benny Gantz, pemimpin faksi sentris Biru dan Putih yang kini menjadi menhan. Itu adalah pilihan yang sulit untuk Daftar Gabungan. Ayman Odeh selaku pemimpin blok itu menjelaskan, hal tersebut merupakan pilihan yang lebih mudah. Dibanding dengan bahaya pemerintah Netanyahu dan diskriminasi berkelanjutan terhadap komunitas Arab di Israel. (cnn/qn) Sumber: Sepak Terjang Raam, Partai Islam yang Kejutkan Pemilu Israel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: