Kurus Tak Berarti Bebas dari Penyakit Kolesterol
Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Pengidap penyakit kolesterol masih sering dikaitkan pada pemilik tubuh gemuk atau kelebihan berat badan. Kenyataannya, orang kurus pun bisa berpotensi memiliki kolesterol tinggi.
“Tubuh gemuk atau kurus tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol. Karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat,” kata Fridolin Seto Pandu, manager Medical Underwriter Sequis. Ia juga menyampaikan, “Penyakit ini disebut dislipidemia dan lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.” Dislipidemia atau kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah. Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Sayangnya, hal ini sering tidak menunjukkan gejala. Terlebih bila postur seseorang terlihat kurus dan proporsional. Sehingga lebih sulit mendeteksi dini. Seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk melakukan medical check-up. Terutama mereka yang sudah berusia di atas 25 tahun. Tanpa lagi perlu melihat ukuran berat badan. “Dengan medical check-up, kita dapat mengetahui kadar lemak pada tubuh. Yaitu LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), trigliserida, dan kadar kolesterol total (akumulasi ketiga jenis kolesterol),” kata Fridolin. Adapun LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah. Sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Kadar tinggi LDL dapat diwaspadai dengan memonitor ambang batasnya: normal/optimal-mendekati optimal 100-129mg/DL; batas tinggi 130-159 mg/DL; tinggi 160-189 mg/DL; sangat tinggi >190 mg/DL. Sedangkan HDL bertugas untuk mengangkut kolesterol dari pembuluh darah atau jaringan lain kembali ke hati. Ambang batasnya: rendah 60 mg/DL. Trigliserida adalah kadar lemak yang berasal dari sisa pembakaran kalori yang tidak terpakai. Saat makan, tubuh menerima kalori dan dipergunakan untuk aktivitas tubuh. “Kalori yang tidak dipergunakan akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan dalam sel-sel lemak,” demikian penjelasan Fridolin. Ambang batas tinggi rendahnya trigeliserida: normal-batas tinggi 150-199 mg/DL; tinggi 200-499 mg/DL; sangat tinggi >500 mg/DL. Sementara kolesterol total adalah jumlah keseluruhan kolesterol dalam tubuh. “Konsistensinya mirip lemak atau lilin dan bisa ditemukan di semua sel di tubuh dalam jumlah cukup. Berfungsi untuk regenerasi sel, produksi hormon, membentuk vitamin D dan dalam proses pencernaan,” tambahnya. Batas kolesterol normal yang ideal adalah< 200 mg/DL, sedang 200-239 mg/DL dan tinggi >240 mg/DL. Kadar dari masing-masing lemak tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Fridolin mengatakan, idealnya diperiksa dan dimonitor. Sekaligus kondisi kadar 3 lemak tersebut. Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin setiap 5 tahun sekali. Namun, jika memiliki potensi kolesterol tinggi, sebaiknya melakukan cek setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali. “Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar lemak darah di atas normal, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Agar mendapatkan tips dan pengobatan yang tepat,” saran Fridolin. “Jika tidak segera ditangani akan berisiko pada terjadinya berbagai penyakit. Terutama penyakit jantung koroner dan stroke,” jelasnya. Mereka yang tergolong berisiko tinggi antara lain pria berusia lebih dari 45 tahun dan perempuan berusia lebih dari 55 tahun, memiliki riwayat hipertensi, penyakit hati, jantung koroner, stroke, kencing manis, obesitas, hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), gangguan ginjal, kurang aktivitas fisik, riwayat keluarga yang pernah mengidap kolesterol, kencing manis, jantung koroner, dan stroke. Fridolin berpendapat, risiko tertular virus COVID-19 sangat tinggi pada mereka yang masih bekerja atau berkegiatan di luar rumah. Sedangkan mereka yang bekerja di rumah mungkin bisa terhindar. Tetapi kebanyakan menjadi kurang bergerak sehingga tidak disadari berat tubuh tidak hanya bertambah. Juga berisiko terkena dislipidemia dan penyakit-penyakit lainnya akibat kolesterol. “Kita perlu peduli pada kesehatan dengan menjalankan gaya hidup sehat dan mengobati penyakit. Apalagi, jika Anda termasuk yang berisiko,” katanya. Gaya hidup sehat yang dimaksud yakni menghindari makanan tertentu. Yang mengandung kolesterol tinggi. Seperti fast food, makanan yang digoreng, daging olahan, seperti sosis serta chicken nugget, seafood, jeroan, susu full cream, dan makanan-makanan yang bersantan. Selain itu, tidak merokok dan kurangi alkohol. “Sebaiknya juga rutin melakukan aktivitas fisik dan berolahraga serta cukup istirahat. Sedangkan pengobatan dilakukan sebagai respons dari hasil medical check-up. Untuk meminimalkan potensi penyebaran penyakit hingga upaya agar dapat normal kembali,” ujar Fridolin. (cnn/qn) Sumber: Dokter: Kurus Bukan Jaminan Bebas KolesterolCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: