Tensi Tinggi, Sekkab Kutim Tak Divaksin

Tensi Tinggi, Sekkab Kutim Tak Divaksin

Kutim, nomorsatukaltim.com – Penyuntikan vaksin di Kutai Timur (Kutim) berlangsung Sabtu (30/1) pagi. Banyak daftar pejabat dan tokoh masyarakat yang diminta untuk melakukan vaksin pertama. Namun hanya Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Kutim saja yang batal divaksin. Akibat tensi darah yang tinggi.

Sekkab Kutim, Irawansyah adalah orang pertama yang diminta melakukan suntik vaksin. Namun setelah dilakukan pemeriksaan fisik, tensi darah tak memungkinkan untuk divaksin. Tekanan darah Irawansyah mencapai 165/98 mm Hg. Sempat diminta beristirahat dan rileks sebentar. Namun saat dicoba dicek kembali tekanan darah tersebut tidak berubah. Berbeda dengan Irawansyah, Ketua DPRD Kutim, Joni juga sempat ditunda melakukan vaksin. Karena hasil tensi darah menunjukkan angka 153/97 mm Hg. Setelah diminta istirahat dan sedikit memakan buah-buahan ukuran tensi turun menjadi 139/87 mm Hg. Alhasil, orang pertama yang disuntik vaksin di Kutim adalah Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Bahrani Hasanal. Diikuti oleh Kepala Staf Kodim 0909/SGT, Mayor Infantri Ahmad Albar, dan Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resort Kutim, AKP La Ode Prasetyo Fuad. Dilanjutkan oleh Sekretaris Nahdatul Ulama Kutim, Sismanto, Ketua MUI Kutim Muhammad Adam, Pengurus Muhammadiyah Yakub Fadillah. Dari tokoh Pemuda ada Ketua KNPI Kutim, Munir Perdana. Tokoh umat kristiani diwakili Sekretaris Musyawarah antar Gereja, Bastian Remmy Sigarlaky. Termasuk pula Camat Sangatta Utara, Muhammad Basuni.   Seusai divaksin, Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal menyambangi rekan media. Pertama dirinya menjelaskan bagaimana alur vaksinasi tersebut. Usai melakukan registrasi akan ada pengecekan kesehatan fisik. “Untuk melihat kemampuan fisik seseorang saat divaksin. Termasuk melihat tekanan darah tadi. Tekanan darah maksimal 139/89 mm Hg. Jika diatas dari itu peserta diminta istirahat atau observasi,” ucap Bahrani. Namun jika dinyatakan bisa divaksin maka dilanjutkan untuk penyuntikan. Setelah itu diminta untuk bersantai 30 menit. Tujuannya untuk melihat apakah ada gejala lanjutan pasca divaksin. Jika tidak ada efek samping maka proses vaksinasi selesai. “Gelaja umum, kata teman-teman di daerah lain, ada efek ngantuk. Tapi saya tidak merasakan itu,” bebernya. Kemudian, Bahrani mengimbau agar nantinya masyarakat umum tidak perlu takut untuk divaksin. Jangan mudah terbawa isu yang tidak benar terkait vaksin ini. Karena prosedur dan mekanismenya sudah ditetapkan jadi aman. “Saya rasakan langsung. Untuk masyarakat jangan termakan berita hoax. Vaksin ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh secara individu ataupun kelompok,” tandasnya. (bct)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: