Arang Kayu Halaban Kaltim Jadi Favorit, Kuwait Pesan 5 Kontainer

Arang Kayu Halaban Kaltim Jadi Favorit, Kuwait Pesan 5 Kontainer

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Satu lagi potensi ekspor Kaltim. Yang sudah punya pasar di Kuwait. Yaitu arang dari kayu halaban. Yang punya wangi khas ketika dibakar.

Inilah yang disukai negara di Timur Tengah itu. Harum tersebut terasa melegakan ketika dihirup. "Makanya jadi favorit untuk jadi arang pembakaran," ungkap Direktur Utama CV Masagenah Widya Hana Sofia, Rabu (20/1/2021), eksportir arang halaban dari Samarinda. Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Umumnya, arang didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon. Sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya. Jenis-jenis arang pun beragam. Seperti, arang kulit buah mahoni, briket, serasah, tempurung kelapa, sekam padi, serbuk gergaji, dan kayu. Untuk arang kayu pun ada beberapa jenis. Tapi yang terbaik ialah arang dari kayu halaban. Dalam bahasa Dayak, jenis kayu ini memiliki nama lain yakni kayu kalapapa. Untuk nama latinnya, Vitex pubescens vahl. Kayu ini termasuk famili verbenaceae. Pohonnya berukuran sedang. Dengan tinggi maksimal mencapai 25 meter. Namun umumnya, hanya 10 hingga 15 meter. Batangnya tidak berbanir nyata. Dengan diameter 35 sampai 45 sentimeter saja. Kadang-kadang, dapat mencapai 75 sentimeter, bengkok dan percabangannya malai rendah, berlekuk dalam. Itulah ciri-ciri umum kayu halaban. Widya menceritakan, Kuwait memang sangat tertarik dengan arang kayu halaban asal Kalimantan Timur. Pemesanan bahkan sudah dilakukan. Yakni sebanyak 5 kontainer. Di mana masing-masing berisi 21 ton. Namun kuota itu kini masih belum terpenuhi. Di Kaltim, beberapa wilayah yang masyarakatnya ikut mengumpulkan arang kayu halaban ialah Muara Kembang, Sebulu, dan Muara Badak. "Tiga wilayah itu yang bisa mencukupi, kini kita masih harus mengumpulkan untuk memenuhi kuotanya," jelasnya. Namun, pengiriman arang kayu halaban ke Kuwait itu masih tersendat dengan harga pengiriman kontainer. Yang kini mencapai USD 3.850. Yang biasanya hanya USD 1.200 saja. Kendala ini yang sedang dikomunikasikan dengan pembelinya di Kuwait. Soal pemenuhan kuota dan pengiriman kontainer berdasarkan Rate Ocean Freight-tarif angkutan laut. "Kita masih skala UKM (usaha kecil menengah). Untuk harga (kontainer) segitu, kita tidak mampu. Kemungkinan ada penurunan harga (kontainer) di April nanti, itu yang kita tunggu," beber Widya. Widya menjelaskan, saat ini bahan yang sudah terkumpul hanya 21 ton saja. Sedangkan target yang harus dipenuhi adalah 105 ton. Pemenuhan kuota dilakukan sembari menunggu turunnya tarif angkutan laut April nanti. Pemenuhan kuota pun berdasarkan 3Tas. Yakni kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Inilah yang diusahakan untuk bisa tetap terjaga. "Kalau cuma di satu wilayah dari 3 yang saya sebut (sebelumnya), kontinuitas itu tidak terjadi. Atau bisa juga kuantitas tidak tersampaikan, jadi itu juga alasan kenapa kita mengambil (di) 3 titik," katanya. Widya menuturkan, ini merupakan ekspor arang halaban pertama di Bumi Etam. Sebelumnya, kebanyakan negara luar seperti Mesir dan Turki, yang dicontohkan Widya, hanya tahu jika arang halaban berasal dari Banjarmasin. Info peluang ekspor ini didapat dari Kedutaan Besar RI di Kuwait. Jika negara yang berada di pesisir Teluk Persia itu membutuhkan arang halaban. "Memang kualitasnya (arang halaban) bagus, (kayunya) tidak pecah (jika dibakar). Wangi juga. Di daratan Arab sana, biasanya arang halaban digunakan untuk bahan bakar shisha," ujarnya. Rate Ocean Freight memang diaku Widya menjadi kendala utama. Kekosongan kontainer ekspor membuat tarif angkutan laut tersebut jadi tinggi. Kepastian harga baru akan diperoleh Februari nanti. Widya menegaskan delay pengiriman yang menyebabkan container langka terjadi di seluruh dunia. "Delay ini lantaran China memborong berbagai macam bahan baku. Mereka memenuhi stok kebutuhan mereka menjadi berkali lipat. Karena mereka sempat lockdown kan. Fenomena ini diakui pihak embassy juga pernah (terjadi), 20 tahun lalu," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: