Pengkhianat Tebal

Pengkhianat Tebal

Begitulah. Seperti juga Gedung MPR Indonesia yang diduduki masa di tahun 1998, Gedung  Capitol itu mereka duduki. Scaffolding yang untuk persiapan pelantikan presiden mereka pakai memanjat gedung. Jendela kaca dipecahkan. Pintu didobrak. Mereka banyak yang selfi: duduk-duduk di ruang ketua DPR dengan kaki di atas meja. Dan segala macam adegan.

Tapi mereka masih kalah patriotik dengan yang di Jakarta. Mungkin militernya lebih solid. Satuan SWAT yang begitu elite segera mengambil alih Gedung Capitol yang begitu sakral.
Di Jakarta mereka sempat bermalam di dalam gedung MPR. Mereka baru bubar ketika Presiden Soeharto meletakkan jabatan.

Di Amerika pun mulai dimunculkan isu: apakah aparat keamanan yang menjaga Capitol sengaja melonggarkan pengamanan. Mengapa aparat di Capitol menolak bantuan. Sejak dua hari sebelumnya. Mengapa pula tidak segera ada tambahan personel.

Seperti juga pendudukan Gedung MPR di Jakarta, pendudukan Capitol ini akan menyisakan banyak teori. Terutama mengapa mereka bisa mendudukinya.

Pihak Demokrat kukuh bersikap akan meng-impeach Presiden Trump. Meski pun masa jabatan Trump tinggal dua minggu. Tengah minggu depan proses impeachment itu sudah bisa dimulai.

Tapi apakah waktunya cukup. Pun misalkan DPR menyetujuinya, itu masih harus dibawa ke Senat. Untuk disetujui oleh minimal 75 persen anggota. Padahal Senat masih dikuasai Republik. Memang bulan depan Senat sudah dikuasai Demokrat. Tapi sekarang masih belum. Tentu sudah banyak anggota Republik yang mungkin mendukung impeachmen,t tapi apakah waktunya masih cukup. Tanggal 20 Januari presiden baru sudah harus dilantik.

Memang tujuan impeachment tidak hanya melengserkan Trump. Tapi sekaligus melarangnya nyapres lagi di masa depan.

Trump sendiri sempat mengecewakan pendukungnya. Ia sempat mengecam pendudukan Capitol itu. Tapi sekarang mulai memuji-muji lagi pendukungnya. Termasuk ia sudah menyatakan: tidak akan hadir di pelantikan penggantinya itu. Pasti. Sebagai tanda Pilpres tidak sah –di matanya.

Mungkin kesibukan Trump sekarang tinggal merancang siapa saja yang akan mendapat pengampunan presiden. Termasuk apakah akan memberikan pengampunan kepada dirinya sendiri.

Graham sendiri mulai juga mengubah angin. Kemarin ia kembali membela Trump. “Saya tidak setuju Trump di-impeach,” katanya. “Kalau memang persatuan akan diutamakan, itu juga harus datang dari kedua partai,” tambahnya. Ia menilai impeachment itu hanya akan membuat luka partai Republik semakin dalam.
Graham pun seperti ingin kembali mengambil hati pendukung Trump. “Trump dan saya itu punya kisah perjalanan bersama yang luar biasa. Saya benci kalau harus berakhir seperti ini,” katanya.

Persahabatan, di kamus politik, memang tidak sama dengan kamus normal lainnya.(*)

sumber: disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: