Kemampuan Adaptasi, Bekal Hidup di Era Revolusi Industri

Kemampuan Adaptasi, Bekal Hidup di Era Revolusi Industri

SAMARINDA, nomorsatukaltim.com - Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan perkembangan pesat ilmu dan teknologi. Hal ini, menuntut generasi muda untuk mengembangkan diri. Agar mampu bertahan menghadapi perubahan pola dan perilaku di era ini.

Revolusi industri memberikan perubahan yang sangat cepat. Terutama pada proses industri. Pekerjaan proses produksi yang biasanya dikerjakan manusia. Kini diganti oleh mesin. Yang mampu memproduksi barang dengan nilai komersialisasi tinggi. Revolusi Industri 4,0 sendiri, juga dinilai memiliki banyak manfaat. Di antaranya, mampu memajukan inovasi dan strategi penggunaan model bisnis baru berbasis digital. Dan memberikan manfaat inklusif yang dapat menjangkau khalayak luas. Serta, menjadikan bisnis lebih efisien dan tepat sasaran. Di samping itu, dari proses bisnis. Revolusi industri 4,0 lebih menyederhanakan rangkaian bisnis. Meningkatkan pendapatan, kualitas tenaga kerja, dan investasi. Serta mengkreasi nilai tambah suatu produk. Making Indonesia 4,0 pun menjadi prioritas nasional. Yang berdampak pada semua sektor pembangunan. Pendidikan salah satunya. Hal ini, menjadi perhatian Noorbaiti Isran, selaku Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). "Kita perlu menyiapkan anak-anak kita agar mampu menghadapi perubahan di era revolusi industri 4,0," kata Noorbaiti saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Nasional Character Building: Tantangan Orang Tua dalam Mengembangkan Kepribadian Keluarga untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4,0. Acara ini, digagas oleh Ikatan Pengembang Kepribadian Indonesia (Ipprisia) Kaltim. Bekerja sama dengan  Program Studi S1 Pendidikan Integeratif (PIN) FISIP, Unmul, yang didukung Harian Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com. Noorbaiti menyampaikan, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Dalam menyiapkan pendidikan anak-anak di era revolusi industri. Pertama, anak harus melek teknologi. Agar mampu bersaing dan beradaptasi pada perubahan zaman dan kemajuan teknologi. Kedua, anak harus dididik untuk mampu menyelesaikan masalah. Sekolah dan orang tua harus menjadi jembatan kokoh antara anak dan dunia kerja. Metode pembelajaran di sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Sejalan dengan era revolusi industri Dan ketiga, melatih hard skill yang dibarengi dengan penguatan mentalitas dan kepribadian. Yakni mampu berpikir kritis, memiliki kreativitas, inovatif,  komunikatif, bisa bekerja sama dalam tim dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. "Perbaikan pola pikir, dan penguatan mentalitas menjadi hal mendasar," ungkap Noorbaiti. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengatakan pendidikan nilai-nilai dasar itu, dimulai dari keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan pendidikan karakter. "Fungsi pendidikan keluarga adalah membangun karakter anak serta melatih psiko-motorik mereka," jelas Hetifah. Apalagi, pada tahun 2030 nantinya, Indonesia diprediksi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke 7 di dunia. Sehingga perlu adanya sumber daya manusia yang mumpuni untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Agar putra - putri bangsa tak kalah bersaing di negeri sendiri. Hetifah juga menyampaikan, di era revolusi industri, ada perubahan kebutuhan keterampilan tenaga kerja. Kemampuan memecahkan masalah, kognitif, dan sosial akan menjadi semakin penting. Dibandingkan dengan kebutuhan keterampilan fisik. "Kemampuan memecahkan masalah, dan mampu beradaptasi dengan sistem baru, akan menjadi keterampilan yang paling dicari," ungkapnya. Sehingga ia berpesan, mulai dari sekarang pemuda Kaltim harus bersiap membekali diri dengan kemampuan tersebut. Agar mampu bersaing di dunia kerja dalam era revolusi industri. (krv/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: