Lagi, 1 Dokter di Balikpapan Gugur Karena COVID-19

Lagi, 1 Dokter di Balikpapan Gugur Karena COVID-19

Tenaga medis dan kesehatan terus berguguran di tengah penanganan COVID-19 yang semakin tak menentu. Kemarin, satu dokter di Balikpapan wafat setelah terpapar virus. Angka itu menambah jumlah dokter yang meninggal dunia hingga sebanyak 203 orang. Sedangkan jumlah perawat yang gugur 146 orang. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia meminta pemerintah mengatur beban kerja tenaga medis dan kesehatan.

nomorsatukaltim.com - Dokter Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), dr Muhammad Fajar Nur I.G (43) meninggal dunia Rabu (16/12/2020). Ia dinyatakan meninggal dunia pada 11.45 Wita setelah berjuang melawan corona. Tercatat jumlah tenaga medis dan kesehatan meninggal di Balikpapan sebanyak 4 orang. Yaitu 3 dokter dan 1 perawat. Fajar Nur merupakan dokter RSPB yang diperbantukan di PLN wilayah. “Beliau terkonfirmasi positif," kata Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi, pada konferensi pers kemarin. Rizal Effendi menyampaikan duka yang mendalam atas wafatnya Fajar Nur. “Satu lagi pejuang COVID-19 kita yang gugur dan kita berdoa mudah-mudahan Allah SWT menerima amal ibadah beliau dan diterima dalam kondisi Khusnul khatimah,” tukasnya. Kepala Dinas Kesehatan (DKK) Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan dr Fajar masuk RSPB pada 13 Desember langsung di IGD. “Kondisinya sudah berat. Jadi dari IGD langsung ICU,” jelasnya. Selain dokter Fajar, anak dan isteri juga terpapar COVID-19. Namun kondisi mereka dilaporkan cukup baik. Berdasarkan catatan medis, Fajar Nur memiliki riwayat hipertensi. Terkait upaya melindungi tenaga medis dan tenaga kesehatan, Pemerintah Kota Balikpapan mengimbau untuk memperhatikan alat pelindung diri (APD). Andi Juliarty menduga, penularan tidak terjadi dalam ruang isolasi. Karena ruangan itu sangat terlindungi. "Seperti ini dokter klinik. Kami tidak tahu pasien OTG atau tidak. Jadi APD sangat penting," katanya. Ia juga meminta rumah sakit memerhatikan jam kerja tenaga medis dan kesehatan. “Jangan diforsir. Jam kerja normalnya 8 jam baik dokter dan perawat sama,” kata Andi Juliarty. DKK membuka ruang informasi untuk menampung kendala rumah sakit. Dia juga meminta rumah sakit mendata tenaga medis yang sudah memiliki riwayat penyakit, dan lanjut usia. "Mereka yang rawan, jangan diberikan tugas berisiko," imbuhnya. Sebelum Fajar Nur, sejumlah dokter meninggal karena virus asal Wuhan, Tiongkok. Mereka adalah dr Edi Syahputra Nasution, mantan Direktur RSUD Inche Abdoel (IA) Moeis, dan Ketua IDI Samarinda 2 periode. Kemudian, dr Bambang Suyanto Kepala Puskesmas Temindung, Samarinda. dr  Endah Malahayati yang baru satu tahun bertugas sebagai Direktur RS Hermina Samarinda, dr Miftah Balikpapan, dr Sriyono yang bertugas di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan.

STRATEGI IDI

Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, dr  Swandari Paramita tidak semua dokter yang meninggal karena COVID-19 berusia tua. “Dan tidak semua memiliki komorbid. Ada beberapa yang masih berusia muda dan kami juga bertanya-tanya kenapa sampai wafat?" ungkap Swandari. Ia kembali berpesan kepada masyarakat sebagai garda terdepan melawan COVID-19. Sehingga, harus siap ‘tempur’ dengan disiplin menggunakan masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan. Tim medis dan tenaga kesehatan, siaga di belakang untuk merawat dan berusaha menyembuhkan pasien yang terinfeksi. Dalam upaya melindungi tenaga kesehatan. IDI melakukan beberapa strategi. Di antaranya dengan membentuk  grup pendampingan bagi para dokter dan tenaga kesehatan yang terinfeksi COVID-19. "Jadi, para dokter yang terkonfirmasi positif, dimasukkan ke grup pendampingan. Kemudian dipantau setiap hari oleh tim dokter spesialis sesuai kebutuhan," ungkapnya. Pihak IDI juga berusaha menyediakan jalur khusus untuk kebutuhan Intensive Care Unit (ICU) dan ruang ventilator di rumah sakit. Bagi dokter yang terinfeksi COVID-19. Ia berharap, dengan upaya itu. Tim dokter dan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif COVID-19 bisa lebih cepat mendapat penanganan. Sehingga memperbesar peluang kesembuhan dan kembali bertugas memberikan pertolongan yang sama pada pasien COVID-19 lainnya. Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi dalam keterangannya mengatakan secara umum kematian tenaga medis tidak hanya semata-mata karena alat proteksi diri. Namun, persoalan tersebut lebih terkait kepada standardisasi sistem pelayanan dan regulasi selama pandemi. Kemudian, di dalamnya terdapat pula persoalan beban kerja yang harus dikerjakan oleh para dokter atau tenaga medis dalam melayani pasien Covid-19. "Ini juga menyangkut jam kerja dan jam istirahat yang dibutuhkan. Inilah yang harus dibuatkan sebuah regulasi yang bagus supaya bisa mengatur jam kerja," ujarnya. Seharusnya, ujar Adib, di masa pandemi ini bukan menambah beban kerja tenaga medis namun lebih kepada mengatur beban kerja. Ke depan IDI akan melakukan penghitungan kemampuan sumber daya manusia untuk mencarikan solusi terbaik.

DUA RATUS

Tim Mitigasi PB IDI mencatat 202 dokter Indonesia meninggal dunia akibat terpapar SARS-CoV-2. Jumlah tersebut merupakan data teranyar per Selasa (15/12/2020), dari serangkaian kematian dokter sejak awal pandemi Covid-19 menjangkiti Indonesia awal Maret 2020. Jumlah itu belum termasuk kematian dokter Fajar Nur kemarin, serta wafatnya 146 perawat dan puluhan dokter gigi. Dari angka kematian itu, IDI merinci 101 dokter meninggal dalam rentang enam bulan, yakni Maret hingga Agustus. Sementara 101 dokter lainnya meninggal dalam kurun empat bulan, mulai September hingga 15 Desember. Dilansir CNN Indonesia, rekor jumlah kematian dokter terjadi November, mencapai 32 kasus. Dan pada November pula, 16 dokter meninggal dalam seminggu terakhir, yakni pada November pekan ke-empat. Rekor 32 kasus kematian dalam sebulan juga sempat terjadi pada Agustus 2020. Bila dirinci, pada Maret terdapat 12 kematian dokter, April 13 kematian, Mei 6 kematian, Juni 11 kematian, Juli 27 kematian dan, Agustus 32 kematian dokter. Kemudian pada September tercatat 28 kematian, Oktober 24 kematian, November 32 kematian, dan data bulan ini hingga 15 Desember yakni 10 kematian dokter. Adib pun mengungkapkan, kenaikan jumlah kematian dokter tersebut disinyalir sebagai salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita COVID-19 baik yang dirawat di rumah sakit maupun penyintas tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri. Pilkada yang baru saja terlaksana 9 Desember lalu menurutnya juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan. Tim Mitigasi IDI, lanjut Adib, berharap agar para pemimpin daerah yang terpilih pada Pilkada 2020 sungguh-sungguh memprioritaskan penanganan pandemi. Salah satunya, dengan meningkatkan upaya preventif dan kemampuan layanan fasilitas kesehatan. Fasilitas dan perlindungan terhadap para tenaga medis dan kesehatan juga perlu jadi program dan direalisasikan oleh para kepala daerah yang baru. Selain itu, Adib mengimbau masyarakat agar tidak terlena dengan kedatangan vaksin yang dalam waktu dekat--bila sesuai rencana bakal segera disuntikkan ke warga Indonesia. Ia mengingatkan, upaya terdekat saat ini yang bisa dilakukan masyarakat adalah menjaga protokol kesehatan 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Adib pun menuturkan, bila masyarakat memakai masker maka perlindungan terhadap virus mencapai 85 persen, bila menjaga jarak perlindungan bakal mencapai 90 persen, dan jika mencuci tangan maka keamanan dari virus mencapai 80 persen. "Tingginya lonjakan pasien Covid serta angka kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan menjadi peringatan kepada kita semua untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan," pungkas dia Melalui keterangannya, Adib juga merinci sebaran wilayah dokter yang meninggal. Tim Mitigasi PB IDI mencatat, provinsi Jawa Timur menjadi daerah yang menyumbang angka kematian dokter terbanyak yaitu 41 dokter. Kemudian DKI Jakarta 32 dokter, Sumatera Utara 24 dokter, Jawa Tengah 21 dokter, Jawa Barat 19 dokter, Sulawesi Selatan 7 dokter, Banten 7 dokter, dan Bali 6 dokter. Dengan semakin meningkatnya angka kematian, baik di kalangan dokter maupun masyarakat, Indonesia kini hanya berharap dari vaksin. Presiden Joko Widodo dalam pernyataan terbaru mengatakan pelaksanaan vaksinasi corona untuk masyarakat seluruhnya akan gratis. Disiarkan daring melalui akun Youtube Sekretariat Presiden, Jokowi meminta kementerian/lembaga, pemda untuk memprioritaskan program vaksinasi tahun anggaran 2021. Selain itu, Jokowi pun menyatakan telah memberikan instruksi kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memprioritaskan dan merealokasi anggaran lain terkait ketersediaan vaksin gratis. (krv/fey/cnn/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: