Pariwisata Belum Masuk Kurikulum Pembelajaran, Baru Sebatas Roadshow

Pariwisata Belum Masuk Kurikulum Pembelajaran, Baru Sebatas Roadshow

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Kepala Dinas Pariwisata Samarinda I Gede Ayu Sulistiani menyambut baik. Objek pariwisata masuk dalam kurikulum pendidikan. Meski pun berat terealisasi.

Menurutnya, hal itu menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikenalkan kepada anak-anak sekolah. "Bisa jadi, usulan itu bagus, tapi untuk menjadi kurikulum itu, perlu ada kajian-kajian. Terkait bagaimana dampaknya jika dimasukkan dalam mata pelajaran di sekolah," ujarnya belum lama ini. "Kalau saya sih, menyambut positif sekali itu," imbuhnya lagi. Usulan mengenai pengenalan objek tersebut melalui kurikulum pendidikan itu, dirasa Ayu Sulistiani bagus untuk menggugah minat. Sekaligus mengenalkan tentang apa itu pariwisata, kepada generasi muda di sekolah-sekolah. "Saya kira dampaknya baik kalau sudah dikenalkan kepada anak-anak sejak usia sekolah," tutur Ayu sapaannya. Ayu mengatakan, selain mengenalkan objek-objek pariwisata, melalui kurikulum juga dapat sekaligus mengenalkan dan melestarikan budaya dan tradisi lokal kepada generasi muda. Sebab hal itu juga masuk dalam kajian di Dinas Pariwisata Samarinda. Katanya lagi. Baca juga: Dana Hibah Kemenparekraf, Hanya Berau dan Samarinda yang Dapat Kadispar menambahkan, pihaknya memang sudah merencanakan program pengenalan seputar pariwisata kepada siswa sekolah. Namun hanya sebatas melalui program-program roadshow dari sekolah satu ke sekolah lainnya. Termasuk mengenalkan destinasi wisata di Kota Samarinda, budaya dan tradisi daerah tadi.  Selain itu, dia juga mewacanakan program bagi siswa-siswa sekolah. Untuk berkunjung ke destinasi-destinasi wisata di Samarinda. Beraktifitas out bond dan lainnya. "Itu ada dalam rencana. Nanti kita belerja sama dengan sekolah-sekolah," pungkasnya. Diketahui, pariwisata tidak masuk dalam kurikulum pembelajaran. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin memastikan hal itu.  Ia mengungkapkan bahwasanya destinasi wisata sifatnya umum. Tidak perlu dimasukkan ke dalam kurikulum. Hanya saja informasi wisata tetap akan disampaikan kepada siswa atau peserta didik. Meski dengan cara berbeda. Yakni dengan promosi dari dinas pariwisata ke sekolah-sekolah. Atau guru menyampaikan melalui media. "Tidak sampai masuk menjadi mata pelajaran," tegas Asli. Ia menuturkan lagi. Saat ini yang masuk dalam kurikulum muatan lokal ialah mata pelajaran bahasa inggris. Kemudian mapel semacam kesenian dan budaya lokal. Mengenai, kunjungan lapangan (outdoor school), Asli Nuryadin tidak begitu tertarik membahasnya. Menurutnya, kunjungan semacam itu sifatnya teknis dan supporting dalam pembelajaran. Bukan hal pokok dalam mata pelajaran. "Itu sekolah yang mengatur. Sekolah pun ada yang mau ada yang tidak. Tergantung orang tua siswa juga. Itu program sekolah," cetus Asli.  (das/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: