Hore! Banpres PUM Siap Disalurkan ke UMKM

Hore! Banpres PUM Siap Disalurkan ke UMKM

Kalimantan Timur mengusulkan tambahan bantuan pada program Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (Banpres PUM). Dari 300 ribu lebih UMKM yang tercatat, baru 86 ribu pelaku usaha yang terdata. Stimulus program percepatan ekonomi nasional itu diharapkan menghela roda bisnis.

nomorsatukaltim.com - Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Disperindagkop) Provinsi, Banpres PUM Kalimantan Timur sudah dinikmati 89.248 pelaku usaha mikro. Jumlah itu sangat kecil, dibangkan data pelaku UMKM yang terdata oleh pemerintah daerah. Sampai tahun lalu, jumlah UMKM di Banua Etam mencapai 302.527 unit. Naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sejumlah 211.548 unit. UMKM kuliner jumlahnya paling banyak, yakni 89.798 unit. Kemudian industri pengelohan 13.921 unit. Kerajinan 1.573 unit. Perdagangan meliputi 168.795 unit, bidang jasa 28.440 unit. Karena itu, Disperindagkop terus memperjuangkan penambahan Bapres PUM kepada pelaku UMKM. “Kami mengusulkan tambahan 36.864 Banpres PUM sejak 10 November,” Muhammad Yadi Robyan Noor Kepala Disperindagkop Kaltim, Kamis (19/11/2020). Pemerintah pusat memberikan kesempatan tambahan alokasi bantuan sampai dengan 24 November mendatang. Kaltim berharap usulan itu dapat disetujui oleh Kemenkop UKM mengingat tambahan modal sangat dibutuhkan. “Mudah-mudahan ini tepat sasaran dan ikut menggerakkan roda perekonomian kita. Semoga program ini dapat berjalan dengan baik,” pungkasnya. Saat ini jumlah Banpres PUM yang diterima UMKM Kaltim mencapai Rp 214.195.200.000 miliar. Jumlah itu sudah melalui Surat Keputusan Deputi Bidang Pembiayaan Kemenkop UKM.  Saat ini, penyaluran dana bantuan terus dilakukan secara bertahap. Melalui rekening BRI dan BNI 46. Proses penyaluran ditarget selesai pada akhir Desember 2020. Bantuan tersebut merupakan bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang bersumber dari dana APBN. Bantuan diberikan secara tunai kepada pelaku UMKM sebagai modal usaha, dengan jumlah Rp 2,4 juta per UMKM. Tahapan penyaluran Banpres PUM telah dimulai sejak Agustus 2020.

JANGAN SALAH SASARAN

Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) Kaltim, Bakri Hadi menilai Banpres PUM tidak hanya membantu UMKM, melainkan juga dapat menggerakkan sektor bisnis lain. Sebagai stimulus di tengah lesunya perekonomian akibat pandemi, dana itu bisa merangsang konsumsi masyarakat. "Untuk saat pandemi begini, bantuan sekecil apa pun sudah sangat berarti bagi UMKM," ucapnya, Kamis (19/11/2020). Ia meyakini bantuan yang diberikan kepada pelaku usaha kecil punya efek berantai. Contoh kecil saja, ketika penjual makanan buka, ia akan membelanjakan uangnya untuk membeli bahan yang diperlukan. Begitu seterusnya sampai kegiatan ekonomi berputar. Meski begitu, Bakri Hadi mengingatkan pemerintah melakukan pengawasan, supaya bantuan itu tepat sasaran. Pihak-pihak terkait, baik dinas yang menaungi UMKM dan bank penyalur. Harus lebih jeli melihat UMKM mana yang layak dan pantas menerima Banpres tersebut. "Agar tidak jadi bancaan saja," tandasnya. Terpisah, Diana Mariana salah satu pelaku UMKM di Samarinda memanfaatkan Banpres untuk membeli bahan baku dan kemasan produksi. "Dana tambahan itu bisa buat tambahan produksi. Jadi uang saya bisa digunakan untuk keperluan yang lain," ujarnya. Diana mengaku, mendapat info Banpres PUM ini dari komunitas UMKM binaan Disperindagkop Provinsi Kaltim. Kemudian mengajukan diri sebagai penerima dan melengkapi berkas persyaratan. Di antaranya tidak sedang menerima kredit modal kerja dan investasi dari perbankan. Bukan PNS dan anggota TNI/Polri. Serta  melampirkan izin usaha dan NPWP. "Agak susah sih persyaratannya, tapi ya mau bagaimana. Namanya mau menerima bantuan," ungkapnya. Akhirnya Diana menerima Banpres PUM melalui rekening BRI yang telah disediakan pemerintah. Dari nominal Rp 2,4 juta, ia harus menyisakan Rp 50 ribu sebagai saldo minimum. Diana merupakan pemilik Dapoer Ikan Diana. Usaha mikro ini bergerak di bidang olahan perikanan. Mulai dari cemilan, lauk, abon, udang kriuk, sambal baby cumi, dan olahan hasil laut lainnya. Ia menyebut, usahanya terdampak selama pandemi. Bukan karena bahan baku. Tapi menurunnya tingkat penjualan. Karena pembeli yang sangat terbatas. "Produk ada. Tapi pemasaran susah. Karena retail sempat tutup. Jadi orderan saya juga berkurang," ujarnya. Namun kini, sejalan dengan kebijakan pelonggaran dan pemulihan ekonomi, perlahan, usahanya bangkit. Seperti penduduk dunia lainnya, Diana berharap pandemi segera berakhir, sehingga  aktivitas masyarakat normal kembali. (krv/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: