Israel Bantai Ribuan Anak Palestina

Israel Bantai Ribuan Anak Palestina

Selain itu, penggusuran rumah warga Palestina di Yerusalem timur juga meningkat di era Netanyahu. Pemerintahan Israel tidak mengizinkan warga Palestina membangun rumah dan terus melakukan penggusuran. Dengan klaim, mereka membangun rumah tanpa izin.

Menurut B'Tselem, sementara Israel menggusur 30 rumah warga Palestina, 59 keluarga lainnya harus menghancurkan rumah mereka sendiri. Karena keputusan Israel. Karena pemerintahan Israel tidak menanggung biaya penggusuran dari pemilik rumah. Warga Palestina sendirilah yang harus menghancurkan rumah mereka.

Akibat penggusuran ini, 278 orang kehilangan tempat tinggal. Termasuk 141 anak-anak. Menurut laporan tersebut, 23 rumah hancur di Yerusalem timur pada 2010.

SERUAN INDONESIA

Indonesia meminta pertanggungjawaban masyarakat internasional. Untuk mengakhiri konflik di Palestina yang mengorbankan banyak anak-anak.

Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Duta Besar Dian Triansyah Djani menegaskan kembali komitmen Indonesia. Untuk terus memperjuangkan perdamaian di Palestina. Termasuk mengatasi penderitaan anak-anak di negara tersebut. Untuk itu, diperlukan upaya penyelesaian politik dan kemanusiaan secara paralel.

“Anak-anak merupakan korban paling rentan akibat okupasi dan konflik yang terjadi di wilayah Palestina. Yang menuntut tanggung jawab masyarakat internasional. Untuk mencari solusi bagi masa depan mereka,” katanya.

Indonesia bekerja sama dengan Save the Children memprakarsai pertemuan virtual bertemakan Danger is Our Reality pada 14 Agustus 2020. Pertemuan yang dihadiri negara anggota PBB ini membahas mengenai nasib anak-anak Palestina. Sebagai dampak aksi okupasi Israel di wilayah Tepi Barat.

Hadir sebagai pembicara adalah Jennifer Moorehead, direktur Save the Children Lebanon, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Palestina Jamie McGoldrick, serta perwakilan anak-anak Palestina.

Dalam pembahasan yang menyoroti aspek pendidikan, anak-anak Palestina menceritakan pengalaman buruk yang dialami. Antara lain kekerasan pada guru dan murid, perusakan gedung sekolah dan penangkapan anak-anak.

Sementara pembicara lain menggarisbawahi kesulitan akses pendidikan akibat pendudukan Israel. Tantangan ini semakin diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.

PBB dan Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat terus berupaya mendukung Palestina di berbagai bidang. Termasuk pendidikan, kesehatan dan pendanaan kepada Palestina. Aneksasi, pembatasan dan ekspansi agresif Israel masih terus mengakibatkan penderitaan.  

“Penting bagi semua pihak untuk terus mendorong perbaikan kondisi anak-anak Palestina. Khususnya akses pendidikan, akibat tindakan Israel,” tutup Djani. (bi/mmt/cnn/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: