Mengenal Kantong Plastik Nabati, Berbahan Dasar Singkong dan Jagung

Mengenal Kantong Plastik Nabati, Berbahan Dasar Singkong dan Jagung

Agit Punto Yuwono saat demonstrasi plastik ramah lingkungan di Pemkot Balikpapan, Selasa (3/9/2019). 

Balikpapan, Diswaykaltim.com -Salah satu perusahaan penghasil plastik nabati Enviplast PT Intera Lestari Polimer melakukan presentasi di hadapan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi dan Kepala BLH Balikpapan Suryanto.

Presentasi untuk memperkenalkan kantong ramah lingkungan dari singkong dan jagung.

Corporate Relation Vice President Enviplast Agit Punto Yuwono membawakan presentasi. Didampingi manajemen Matahari Departement  Store yang telah menggunakan plastik nabati di pusat perbelanjaan di Balikpapan.

Agit bahkan melakukan demontrasi atas perbedaan kantong plastik konvensional dengan kantong plastik nabati ramah lingkungan. Baik dengan cara dibakar, direbus air panas dan disetrika.

Hasilnya, plastik konvensional jika dibakar akan menyisakan bekas pembakaran yang keras. Sedangkan plastik nabati dibakar menyisakan abu. Sedangkan saat direbus air mendidih, plastik konvensional tidak hancur sedangkan plastik nabati berubah dan menyatu dengan air.

Agit Punto Yuwono mengatakan, plastik nabati ini berbahan 60 persen singkong yang prosesnya diubah menjadi tepung. Kemudian menjadi polimer nabati atau tepung tapioka. Selain tepung tapioka, juga bisa menggunakan tepung jagung.

“Untuk bahan-bahan lainnya seperti yang kami deklarasikan dalam surat kepada wali kota. Kandungannya antara lain tambahan berupa gliserin yang berasal dari minyak sawit, alkohol yang berasal dari arang, serta pelumas nabati tambahan agar tidak lengket ketika ditiup menjadi kantong. Terakhir air,” ujarnya, Selasa (3/9/2019).

Agit menyatakan plastik nabati ini aman bagi lingkungan. Sehingga tidak menjadi sampah karena dapat dijadikan kompos. Namun jika dibuang akan terurai secara alami dalam waktu 3-6 bulan.

“Kita sudah melakukan uji bersama LIPI dan ada sertifikatnya. Sejauh ini katanya daerah seperti Jakarta, Jogjakarya, Surabaya sudah menggunakan plastik nabati," jelasnya.

Sementara itu, Wali Kota Balikpapan menyambut baik adanya produksi plastik nabati meski dari sisi harga ada perbedaan 2 hingga 3 kali lipat dari plastik konvensional.

“Hambatannya di harga masih 2-3 kali lipat dari plastik biasa. Pemakai kayak ritel  pemakai besar masih anggap bahwa ini harga tinggi karena satu plastik sebanding ini harganya bisa 2-3 kali lipat,” ujar Rizal Effendi.

Untuk penerapan di Balikpapan pemkot masih akan melakukan konsultasi dan memastikan hal itu betul-betul memenuhi kaidah ramah lingkungan.

“Nanti kita lihat lagi apakah itu sudah memenuhi betul nanti kita bahas dulu baru kita rekomendasikan resmi kalau sudah oke,” jelas wali kota.

Pemkot juga sudah mengingatkan ritel atau pasar swalayan untuk tidak menggunakan plastik. Perwali dan perda larangan penggunaan kantong plastik telah diterbitkan setahun terakhir, dan hal ini harus dijalani.

“Bagus lah ada pihaknya yang mengganti plastik konvensional dengan bahan nabati lebih lingkungan. Mungkin dia akan turun harga kalau produksinya massal. Sekarang kan masih terbatas,” ucapnya.

Pemkot segera akan berkordinasi dengan Kementerian Lingkungan hidup terkait plastik nabati ini.

“Nanti DLH akan konsultasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Sebetulnya mereka nggak kemari bisa ke Kementerian Lingkungan Hidup kan peralatan lebih gampang, ahlinya gitu. Tapi dia juga tunjukan rekomendasi LIPI bahwa ini tidak lagi masuk kategori plastik,” imbuhnya. (k/bom/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: