Sejarah Konflik Palestina dan Israel
Yerusallem, nomorsatukaltim.com - Dikutip dari matamatapolitik.com, konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik paling abadi dan paling tragis di dunia. Tetapi bagaimana konflik tersebut dimulai, dan apa yang akan terjadi di masa depan? Berikut pemaparan mengenai awal mula konflik Israel-Palestina. Mengapa perdamaian belum tercapai dan bagaimana prospek konflik ini di masa depan.
SBS News melaporkan, seiring Eurovision berlangsung di Tel Aviv. Sorotan global menyinari wilayah yang telah terperosok dalam kontroversi selama bertahun-tahun itu. Kontes musik di kota terbesar kedua Israel tersebut telah menjadi sasaran protes dan seruan boikot. Di sini, SBS News mengingat kembali konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Sejak akhir Perang Dunia II, perjuangan sengit antara Israel dan Palestina telah menjadi salah satu konflik paling tragis dan tak terselesaikan di dunia. Ini adalah kekacauan yang rumit. Tetapi pada satu tingkat itu sangat sederhana.
“Ini adalah konflik tentang wilayah. Sesederhana itu,” kata Gil Merom, pakar keamanan internasional dari University of Sydney kepada SBS News.
Akar konflik ini dimulai sejak zaman Alkitab. Tetapi dari perspektif sejarah modern, akhir 1800-an dan awal 1900-an adalah pusat dari situasi yang ada sekarang.
Antara 1882 dan 1948, serangkaian Aliyah—gerakan besar-besaran Yahudi dari seluruh dunia untuk masuk ke suatu daerah, yang dari 1917 secara resmi dikenal sebagai Palestina—terjadi.
Pada 1917, tak lama sebelum Inggris menjadi kekuatan kolonial di Palestina, negara itu mengeluarkan Deklarasi Balfour yang menyatakan, “Pemerintah Yang Mulia mendukung pendirian rumah nasional untuk rakyat Yahudi di Palestina, dan akan melakukan upaya terbaik mereka untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini.”
Masyarakat Palestina menolak langkah itu. Tetapi sejarah tidak menguntungkan mereka. Menyusul kengerian Holocaust di mana hingga 6 juta orang Yahudi terbunuh di Eropa, dorongan untuk mendirkan negara Yahudi semakin kuat.
PERANG ARAB-ISRAEL
Pada 1947, PBB memilih untuk membagi wilayah yang diperebutkan menjadi tiga bagian: satu untuk orang Yahudi, satu untuk orang Arab, dan rezim perwalian internasional di Yerusalem.
Orang-orang Arab tidak menerima kesepakatan itu. Mereka mengatakan, PBB tidak punya hak untuk mengambil tanah mereka. Perang pun pecah.
Narasi Palestina mengatakan bahwa Zionis (mereka yang mendukung pembentukan kembali tanah air Yahudi di Israel) kemudian mulai memaksa orang-orang keluar dari rumah mereka.
Versi Israel menunjukkan, ada pemimpin Arab yang mendorong orang-orang untuk pergi dan beberapa orang Arab pergi secara sukarela.
Perang Arab-Israel pada 1948 yang berdarah membuat 700.000 warga Palestina meninggalkan rumah mereka–sebuah eksodus massal yang dikenal sebagai ‘Nakba’, bahasa Arab untuk ‘malapetaka’.
Tetapi ada juga orang-orang Palestina yang tinggal di Israel, dan pada 2013, Biro Pusat Statistik Israel memperkirakan bahwa populasi Arab Israel mencapai lebih dari 1,6 juta jiwa, atau sekitar 20 persen dari populasi Israel. Perang 1948 penting. Karena masih menjadi bagian sentral dari konflik yang sedang berlangsung saat ini.
Israel menguasai semua wilayah yang disengketakan kecuali Tepi Barat, bagian timur Yerusalem (yang dikuasai Yordania) dan Jalur Gaza (dikuasai Mesir).
Keturunan dari 700.000 orang Palestina tersebu, yang telah menghabiskan beberapa generasi tinggal di kamp-kamp pengungsi, sekarang berjumlah sekitar 4,5 juta jiwa menurut UNRWA, sebuah badan PBB yang didedikasikan untuk para pengungsi Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: