Indonesia Diadang Deflasi Beruntun

Indonesia Diadang Deflasi Beruntun

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2020, terjadi deflasi senilai 0,05 persen secara month to month (mtm). Deflasi ini melanjutkan deflasi yang sudah terjadi 2 bulan berturut-turut sejak Juli 2020.

“Juli 2020 deflasi 0,1 persen (mtm). Agustus 2020 deflasi 0,05 persen (mtm). Kembali terjadi lagi di September deflasi 0,05 persen (mtm),” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/10).

Suhariyanto mengatakan, deflasi ini dialami 56 kota dari total 96 kota IHK yang dipantau oleh BPS. Sisanya 34 kota tercatat masih mengalami inflasi. Secara year on year (yoy), September 2020 masih mengalami inflasi 1,42 persen.

Dia menyebut, angka ini masih naik dari Agustus 2020 yang mencapai 1,32 persen (yoy). Namun, dibandingkan September 2019, inflasi periode ini masih jauh lebih rendah.

Jika dirinci, penyebab deflasi paling banyak disebabkan oleh komponen harga bergejolak. Komponen ini mengalami deflasi cukup dalam di angka 0,6 persen. Dengan andil deflasi 0,1 persen. Penyebabnya adalah turunnya berbagai harga komoditas secara signifikan.

Sementara itu, harga diatur pemerintah juga mengalami deflasi 0,19 persen. Andil deflasinya 0,03 persen. Salah satu penyumbangnya penurunan harga tiket pesawat.

Terakhir, inflasi inti pada September 2020 mencapai angka 0,13 persen. Andil inflasinya 0,08 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi inti September 2020 terus mengalami penurunan sejak Maret 2020. Pada September 2020 angkanya 1,86 persen (yoy) lebih rendah dari inflasi inti 2019 yang mencapai 3,32 persen (yoy).

“Jadi melihat angka ini bisa disimpulkan bahwa pada September 2020, terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Dari sisi pasokan cukup. Tapi dari sisi permintaan, tampaknya daya beli masyarakat masih rendah,” ucap Suhariyanto.

Ia juga menyebut, untuk inflasi inti, ini merupakan yang terendah sejak 2004. Atau sejak BPS dan Bank Indonesia (BI) pertama kalinya menghitung inflasi inti.

***

Deflasi September ini disebabkan oleh penurunan harga kelompok pengeluaran makanan, minuman dan transportasi. “Penyebab utamanya karena adanya penurunan harga daging ayam ras, telur ayam ras, tarif angkutan udara dan harga bawang merah,” ucap Suhariyanto.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi 0,37 persen selama September 2020. Andil deflasinya paling besar di antara 11 kelompok pengeluaran dengan angka 0,09 persen. Deflasi kelompok ini disebabkan oleh penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras. Dengan andil masing-masing 0,04 persen. Lalu ada bawang merah dengan andil deflasi 0,02 persen. Deflasi juga dialami beberapa jenis sayuran seperti tomat dan cabe rawit. Dengan andil deflasi masing-masing 0,01 persen.

Meski demikian, Suhariyanto mencatat masih ada 2 komoditas yang mengalami inflasi. Komoditas itu yakni minyak goreng dengan andil inflasi 0,02 persen dan bawang putih dengan andil 0,01 persen. Lantaran harganya mulai merangkak naik.

“Karena lebih banyak komoditas mengalami penurunan harga, kelompok makanan-minuman-tembakau mengalami deflasi,” jelas Suhariyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: