Indonesia Diadang Deflasi Beruntun

Indonesia Diadang Deflasi Beruntun

Kelompok pengeluaran transportasi mengalami deflasi 0,33 persen. Dengan andil deflasi 0,04 persen. Komoditas yang dominan memberi andil deflasi adalah penurunan tarif angkutan udara. Andilnya 0,04 persen.

Sekitar 40 dari 96 kota IHK yang dipantau BPS tercatat mengalami penurunan harga. Selebihnya, Suhariyanto mencatat, kelompok pengeluaran lain tidak memiliki andil cukup besar untuk menyumbang inflasi maupun deflasi. Lantaran nilainya di kisaran 0 persen.

Namun, 2 kelompok pengeluaran tercatat tetap menyumbang inflasi. Kelompok pengeluaran pendidikan, misalnya, mengalami inflasi 0,62 persen. Dengan andil 0,03 persen. Penyebabnya, kenaikan uang kuliah mahasiswa.

“Komoditas yang memberi andil inflasi adalah kenaikan uang kuliah untuk akademi dan perguruan tinggi. Andil inflasi 0,03 persen. Kita lihat kenaikan uang kuliah terjadi di 19 kota IHK,” ucap Suhariyanto.

Sisanya, inflasi dialami oleh kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya. Dengan inflasi 0,25 persen dan andil 0,02 persen. Komoditas penyumbangnya adalah kenaikan harga emas dan perhiasan dengan andil inflasi 0,01 persen.

***

Kementerian Keuangan mengatakan, deflasi 3 bulan berturut-turut selama Juli-September 2020 merupakan sinyal bahwa pelemahan daya beli terus terjadi. Di sisi lain, pemulihan ekonomi tidak berjalan seperti yang diharapkan pemerintah.

“Terlihat data inflasi. Ada deflasi 3 bulan berturut-turut. Dilihat inflasi inti. Itu memang belum negatif. Tapi makin kecil. Sisi permintaan perekonomian belum pulih secepat kami bayangkan,” ucap Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam doorstop virtual, Kamis (1/10).

Realisasi September 2020 ini melanjutkan penurunan yang sudah terjadi sejak Maret 2020. Kebetulan angka inflasi inti ini ternyata menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan BPS dan BI yang dimulai sejak 2004.

Febrio mengatakan, tren deflasi ini sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal III (Q3) 2020 akan mencapai kontraksi 2,9 sampai 1 persen. Ia menyebut, jika pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi, tidak dapat dimungkiri inflasi akan ikut melemah.

“Sepanjang pertumbuhan masih negatif, inflasi akan rendah dan konteks ini 3 bulan berturut-turut deflasi kecil. Jadi sinyal pemerintah interpretasinya sisi permintaan masih belum pulih,” ucap Febrio.

Merespons deflasi ini, pemerintah telah menyiapkan langkah menjaga daya beli dan permintaan. Ia mencontohkan perlindungan sosial akan dilanjutkan sampai akhir 2020 bahkan 2021.

Febrio mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan. Melalui penggelontoran program bantuan sosial. Antara lain, bantuan presiden produktif Rp 2,4 juta per UMKM, subsidi gaji pekerja berupah di bawah Rp 5 juta. “Itu dalam konteks maintain sisi permintaan dari ekonomi,” ucap Febrio.

***

Indonesia terakhir kali mengalami deflasi berturut-turut selama 3 bulan pada 1999. Saat itu, terjadi deflasi beruntun selama 7 bulan sejak Maret hingga September. Usai lonjakan harga akibat krisis moneter 1998.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: