Bantah Raup Untung dari Wisuda Online

Bantah Raup Untung dari Wisuda Online

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Pihak STT Migas Balikpapan membantah tudingan tentang kesempatan memanfaatkan momen wisuda online untuk meraup untung.

Dana justru untuk kebutuhan sejumlah hal.  "Itu tidak benar. Kita tidak mencari keuntungan," ujar Wakil Kepala Kemahasiswaan 3 STT Migas Balikpapan Hamsir, saat dikonfirmasi melalui zoom meeting, Kamis (1/10). Ia tidak sendiri. Hamriani, perwakilan Panitia Penyelenggara Wisuda Online Masiswa STT Migas Balikpapan turut mendampingi.

Menurut Hamsir, lembaga sudah berkoordinasi dengan pihak perwakilan mahasiswa. Untuk menjelaskan perkara biaya wisuda online senilai Rp 1,5 juta per orang. Itu dilakuka lantaran terkendala pandemi.

Menurutnya secara teknis kegiatan wisuda memang dilakukan secara online, namun tahapan dan proses wisuda tetap sama seperti yang dilakukan secara offline. "Pengaruhnya (penggunaan anggaran) tentu ada. Setiap tahun terjadi penurunan kok," katanya.

Hamsir menyebut anggaran pelaksanaan wisuda tahun ini tergolong lebih kecil jika dibandingkan tahun sebelumnya. "Kemarin (tahun 2019) Rp 2.250.000. Bahkan tahun sebelumnya lagi (2018) Rp 3 juta," ungkapnya.

Penyusunan anggaran wisuda tahun ini disesuaikan dengan kondisi. Prosesnya secara online telah memangkas beberapa kebutuhan penyelenggaraan wisuda. Namun tidak memengaruhi substansi dari proses sakral wisuda. Semuanya satu paket. Yudisium juga dilakukan dua kali.

Yudisium pertama April. Kedua diselenggarakan September.  Saat ditanya rinciannya, Hamsir mengaku tidak bisa memberikan penjelasan detail. "Tapi secara umum sama seperti offline," katanya.

Hamsir menyayangkan sikap mahasiswa yang tidak berimbang dalam menyampaikan aspirasi. Menurutnya lembaga sudah memberikan keringanan. Salah satunya melalui beasiswa bidik misi. Atau KIP yang diperoleh  mahasiswa sejak 2017. Mahasiswa yang dapat beasiswa otomatis tidak dibebankan biaya wisuda.

Masalah beasiswa itu memang tidak bisa disamakan antara Perguruan Tinggi (PT) negeri dan swasta. Untuk lembaga serupa STT Migas Balikpapan murni mengelola keuangan dari hasil SPP mahasiswa yang dikembangkan untuk kemajuan institusinya.

"Tapi kita tetap punya program bantuan untuk mahsiswa yang benar-benar terdampak. Program ini sama halnya dengan program kemendikbud," jelasnya.

Senada, Hamriani menututrkan kalau lembaga sudah berpihak pada mahasiswa. "Itu tidak dimaksimalkan," katanya.

Saat ditanya berapa jumlah mahasiswa yang mendapat keringanan, ia mengatakan belum mengetahui jumlahnya secara pasti. Tapi sudah dalam proses penyetujuan lembaga. Keringanan itu berdiri sendiri. Khusus untuk mahasiswa yang dinilai terdampak pandemi. Di luar dari penerima beasiswa bidik misi atau KIP.

"Memang syarat (pengurusan keringanan) harus dilengkapi. Karena akan digunakan sebagai pertanggungjawaban panitia sebagai bukti administrasi laporan kita," ujarnya.

Ia tak menampik jika pengajuan dan syarat-syaratnya cukup ketat. Selain itu, Hamriani juga mengomentari penggunaan biaya wisuda Rp 1,5 juta. Menurutnya pihak panitia berusaha menggelar wisuda dengan kemasan yang benar-benar menarik dan berkesan.

Ia mencontoh beberapa perguruan tinggi di pulau Jawa yang sudah menggelar prosesi wisuda melalui youtube dan media sosial. "Kita juga kepingin semua terlihat sempurna. Jadi kita perlu melibatkan pihak ketiga. Ini kan untuk mahasiswa juga," imbuhnya. (ryn/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: