30 September, Dandim 0905/Balikpapan Minta Sejarah Tetap Ada di Bangku Sekolah

30 September, Dandim 0905/Balikpapan Minta Sejarah Tetap Ada di Bangku Sekolah

BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com - Segala informasi mudah didapatkan di era digital saat ini. Termasuk mengenai sejarah yang terjadi di Indonesia. Kendati cukup banyak fakta sejarah dan peristiwa yang diputarbalikan.

Hal itu dikatakan Komandan Distrik Militer (Dandim) 0905/Balikpapan, Kolonel Arm I Gusti Putu Agung Sujarnawa. Ia berpendapat, pendidikan sejarah perlu dipertahankan dalam kurikulum pendidikan nasional. "Sangat perlu. Saya pernah bilang masa lalu itu pembelajaran, masa kini adalah milik kita, dan masa depan adalah harapan," ujarnya, Selasa (29/9/2020). Kendati demikian, dirinya menekankan agar berita apapun termasuk sejarah untuk benar-benar disaring. Mengingat informasi di dunia maya, seperti internet dan media sosial cukup deras. "Memang di era digital sekarang, banyak berita yang terhadap sejarah pun, siapa yang unggah pertama itu yang dianggap benar. Padahal ini harus disaring," jelasnya. Dandim lantas menyebut, konten terkait mencintai bangsa dan mempertahankan Pancasila serta keutuhan NKRI adalah yang benar. "Tapi kalau isinya tidak menjaga keutuhan dan tidak menerapkan nilai-nilai Pancasila, itu patut dipertanyakan," tambahnya. Disinggung mengenai isu komunisme yang selalu ramai pada 30 September, Putu Agung menekankan, wilayah Balikpapan termasuk Kaltim sejauh ini masih aman. "Kalau pun ada, tolong dilaporkan ke kami agar bisa segera mengambil langkah. Mengecek siapa sih yang membuat ulah," ujarnya. Balikpapan memang pernah digegerkan dengan penemuan stiker palu arit yang tertempel pada dinding dan pohon. Lokasinya pun di beberapa wilayah, seperti di kawasan Balikpapan Baru dan Kampung Baru pada 2018 silam. "Selama saya di Kodim, belum terjadi. Saya yakin kalau diajak diskusi, saya bisa memberi pemahaman. Yang benar itu begini, loh. Anggap saja dia salah memahami, ya kita ajak diskusi," tegasnya. Putu Agung mengimbau, agar masyarakat tidak mudah diadu domba oleh kelompok berhaluan radikal. Baik radikal kanan maupun kiri yang ingin mengubah dasar dan haluan negara. "Bangsa yang besar itu bangsa yang tahu dan paham terhadap sejarah. Sehingga jadi pembelajaran untuk mencapai kesuksesan," tutupnya. (Bom/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: