Siap-Siap Saja, Jangan Letoi

Siap-Siap Saja, Jangan Letoi

Sebetulnya terasa "kemanisan" jika mengulas soal ibu kota negara (IKN) lagi. Atau justru terlalu "asin". Seluruh media massa hingga medsos dari sepekan lalu sudah ramai mengulas soal IKN ini. Tapi di berbagai kesempatan, pembahasan soal IKN terus bergulir. Masih menarik. Tak hanya soal perkembangan informasi, tapi juga berbagai spekulasi analisis terkait di mana lokasi persisnya IKN akan dibangun. Jumat (23/8/2019) lalu misalnya, ketika bersama rombongan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Balikpapan hendak menuju Samarinda untuk menghadiri acara pelatihan Google Initiative, sepanjang jalan tak lepas dari pembahasan soal IKN. Dari kelima jurnalis yang ada dalam rombongan itu, semua meyakini jika Kalimantan Timur (Kaltim) lah yang akan menjadi pilihan Presiden Jokowi. Jika Bukit Soeharto sebagai lokasi awal yang disebut-sebut itu dicoret dari kandidat lokasi IKN, kan masih ada daerah lain. Kutai Pesisir masih luas. Wilayah Penajam Paser Utara (PPU) juga tak kalah luasnya. Tapi dimana letak posisinya? Semua berspekulasi. Di sini, karena begini...Di sana karena begitu... Boleh lah semangatnya. Bisa jadi para jurnalis ini terpompa gara-gara ujaran Gubernur Kaltim Isran Noor saat acara RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) di Balikpapan, beberapa waktu sebelumnya. "Kita jangan letoi bersemangat," kata Isran. Letoi atau kata lain dari loyo itu digunakan Isran untuk memompa semangat dan keyakinan bahwa Kaltim lah yang layak jadi pusat pemerintahan. Saking menariknya kata "letoi bersemangat" itu, sampai mendapat perhatian khusus media nasional CNN Indonesia dalam program Kupas Tuntas, Sabtu malam. Digarisbawahi. Apa makna "jangan letoi bersemangat" tersebut. Memang Isran sering kali melontarkan kata-kata yang menarik perhatian. Tidak umum. Tapi, begitulah gaya dari gubernur kita. Sampai-sampai muncul pendapat di kalangan jurnalis, "Jangan-jangan Pak Gubernur mulai menikmati membuat joke-joke lucu itu". Statement-nya dianalisa berbagai kalangan. Dicoba-coba untuk diartikan. Ada yang positif, memuji, tentu ada juga yang negatif. Ada lagi statement menarik ketika Gubernur Kalteng Sugianto Sabran "menggoda" Isran. "Mohon maaf Abang saya...Kalteng punya historis dengan Bung Karno".. Isran hanya menjawab enteng saat dikonfirmasi jurnalis. "Tenang saja, Belanda sudah lari..." Hmm.. Ya, mungkin saja maksudnya: Itu cerita lama. Fakta saat ini, Kaltim lebih potensial... Malamnya, saat diskusi ringan bersama Sekretaris AJI Indonesia Revolusi Riza yang juga menghadiri acara pelatihan Google Initiative di Hotel Radja, Samarinda itu, sekaligus juga sebagai trainer, tak luput membahas soal IKN. Muncul selorohan begini dari teman-teman AJI Balikpapan: Jika IKN pindah ke Kaltim, maka AJI Indonesia juga harusnya pindah ke Kaltim dong. "Memang di AD/ART organisasi disebutkan bahwa AJI Indo harus berkedudukan di ibu kota," kata Revo, membenarkan. Kecuali jika nanti di kongres ada perubahan. Nah, berarti AJI Balikpapan dan Samarinda bisa bertransformasi menjadi AJI Indonesia. Ya, siap-siap saja, jangan letoi bersemangat... Kembali ke soal ibu kota. Kepercayaan diri Gubernur Isran dan umumnya warga Kaltim bahwa akan dipilih menjadi pusat pemerintahan bukan tanpa alasan. Gubernur Isran sendiri katanya pernah dibisiki Pak Jokowi soal IKN di Kaltim, kemudian Anggota DPD RI Dapil Kaltim KH M Idris dalam doanya juga menyebut Kaltim, dan yang terakhir Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil yang menyatakan lokasinya di Kaltim. Meski sempat diralat lagi. Apapun itu, Kaltim boleh saja geer. Karena informasi bocorannya banyak dan dari berbagai pihak. Kalau kita belajar mustolah hadis, ini ciri-ciri hadis sahih karena diriwayatkan banyak orang. Kendati bukan langsung dari pak Jokowi. Saya sih menduga 80 persen tetap di Kaltim. Kalau pun salah, enggak ada konsekuensi kan ya...Namanya juga menebak. Pertanyaannya, kenapa digantung? Bisa jadi ini ada kaitannya dengan para spekulan tanah yang bisa menyulitkan nantinya. Karena dalam salah satu berita, Sofyan Djalil juga menyebut akan menyinkronkan dengan BPN terlebih dahulu sebelum diputuskan Pak Presiden. Berarti soal tanah ini. Tapi bisa jadi juga begini: semula sudah ditetapkan di Kaltim, tapi mengingat banyak status lahan yang belum jelas, tumpang tindih, harus di-clear-kan dulu. Nah, soal kasus-kasus tanah di Kaltim ini masih kelewat amat banyak sekali. Soal spekulan ini, saat diwawancarai CNN Indonesia memang diakui Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro. Dan Bambang juga tidak menegasikan atau membenarkan pernyataan Sofyan Djalil. "Ya, semua keputusan itu ada di Bapak Presiden, jadi kita tunggu pernyataan Bapak Presiden," kata Bambang. Saat ini masih ada dua kajian yang diminta Pak Jokowi. Apakah wilayah itu berada di atas tanah yang mudah terbakar dan tanah yang mengandung batu bara. Kajian itu tengah dilakukan pendalaman oleh Bappenas dan hasilnya akan diserahkan ke Presiden. Terkait spekulan, Bambang mengaku sudah mengunci celah. Karena yang dipilih nantinya adalah lahan milik pemerintah atau BUMN, sehingga tidak akan berurusan lagi dengan para spekulan. Selain itu, daerah yang akan dipilih juga tidak pernah mengalami riwayat konflik dan masyarakatnya welcome dengan pendatang. Nah, apakah Kaltim masuk dalam kriteria itu? Siap-siap saja, jangan letoi. (*) */Pemimpin Redaksi Disway Kaltim, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Balikpapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: