Asa Datang dari Gunung Kelua

Asa Datang dari Gunung Kelua

Jika dokter Andani mampu membuat tren penurunan kasus COVID-19 di Sumatera Barat (Sumbar), Kalimantan Timur harusnya juga bisa. Sumbar tak lepas dari peran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand), yang melakukan metode pool test. Bukan kah Kaltim juga punya FK Universitas Mulawarman?.

-------------------

SEKRETARIS wilayah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, dr. Swandari Paramita menyebut, dari seluruh provinsi di Pulau Kalimantan, Kaltim memiliki fasilitas pengujian sampel PCR yang paling lengkap.

"Saya membandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan. Rata-rata mereka terkonsentrasi di ibu kota provinsi saja. Kalau Kaltim, lebih memadai, karena PCR kita juga tersedia di kabupaten/kota," katanya. Swandari juga dosen di Fakultas Kedokteran Unmul.

Menurutnya, peningkatan kasus konfirmasi positif COVID-19 dapat dilihat dari dua hal. Pertama kemampuan testing atau uji sampel dengan metode Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sudah cukup baik.

Dengan kemampuan uji sampel itu, seharunya kasus positif COVID-19 bisa terdeteksi cepat. Itulah yang menyebabkan grafiknya terlihat terus melonjak. Kedua, terlepas dari kemampuan uji sampel. Kasus suspek COVID-19 di Kaltim memang banyak. Dan cenderung terus bertambah.

Jika menyontoh Sumatera Barat (Sumbar) yang berhasil memperkecil angka penyebaran COVID-19 di sana. Tak terlepas dari peran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand) yang melakukan metode pool test. Untuk mengukur penyebaran virus Corona secara masif di beberapa daerah.

Adalah Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc. yang menggagas itu. Ia adalah juga sebagai Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang. Bersama FK Unand, dr Andani bisa melakukan uji sampel sehari lebih dari 2.500 sampel. Itu yang menjadi kunci keberhasilan Sumbar dalam menurunkan tren kasus COVID-19.

Metode itu, seharusnya bisa diadaptasi di Kaltim. Namun, Swandari menyebut Kaltim belum cukup mumpuni untuk melakukan itu. Karena minimnya sumber daya manusia (SDM) yang ada. "Kalau di Sumbar itu pakai metode pool test. Karena universitas mau pun dosennya sudah biasa melakukan uji PCR sejak dulu. Riset mereka juga sudah mengarah ke sana."

Sedangkan Kaltim, kata dia, meski Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman (Unmul) sudah memiliki laboratorium yang dilengkapi PCR, sumber daya manusia (SDM) yang bisa melakukan uji sample tak banyak.

"FK Unand memang jauh lebih lama berdiri dibanding Unmul. Jadi SDM kuat dulu baru bisa menjalankan metode yang sama," ungkap Dosen FK Unmul ini.

Meskipun Swandari mengakui, metode pool test dengan meningkatkan jumlah testing. Menjadi langkah paling efisien dalam penanganan COVID-19. 

Berita Terkait:

Nakes Mundur, Warga Jangan Kendur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: