Asa Datang dari Gunung Kelua

Asa Datang dari Gunung Kelua

Seperti disampaikan Kepala Diskes Balikpapan dr Andi Sri Juliarty, kendala lain dari proses testing sampel karena terbatasnya reagen—cairan untuk tes virus corona dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Kendati alatnya memadai, tapi tanpa reagen itu tidak bisa melakukan uji sampel.

Itulah kenapa hasil tes swab prosesnya bisa memakan waktu sepekan. Karena bahan baku reagen habis dan sampel harus dikirim ke Samarinda. Dan antre.

Metode pool test sebetulnya bisa menyiasati itu. Metode ini bisa menguji banyak sampel dalam satu kali jalan. Hemat bahan baku reagen.

Untuk itu, diperlukan komitmen kuat pemerintah provinsi (pemrov) bersama dengan seluruh pihak. Dalam rangka penanganan kasus COVID-19 di bumi Etam.

KESIAPAN LAB UNMUL

Sejak akhir Juli lalu, laboratorium mikrobiologi milik FK Unmul mulai aktif beroperasi melakukan uji swab dengan alat PCR. Untuk membantu pemeriksaan sample COVID-19. Di bawah perintah pengerjaan dari Diskes Kaltim. Keberadaan lab Unmul ini pun membantu tiga unit pengujian lain di Samarinda.  Yakni, UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) dan RSUD AW Syahranie.

Wakil Rektor, Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Unmul, Bohari Yusuf mengatakan, kehadiran Lab FK Unmul menjadi bukti konkrit komitmen Unmul dalam membantu penanganan COVID-19 di Kaltim.

Selain itu, kata dia, Unmul juga telah menyiapkan Lab Terpadu yang akan mendukung pemenuhan fasilitas kesehatan di Kaltim. Lab ini, awalnya didesain sebagai pusat riset penemuan obat dari bahan alam Kaltim untuk mengatasi berbagai penyakit. Sebelum COVID terjadi. Setelah pandemi COVID-19 melanda. Lab ini pun turut diproyeksikan, untuk menunjang riset COVID-19 ke depan.

Bohari mengatakan, sesuai kontrak, pembangunan lab ini, akan selesai pada 15 November 2020 mendatang. Mundur dari target awal, pada Mei 2020. Karena adanya tambahan pekerjaan. "Kita bangun lagi water treatment plant untuk pengolahan air bersih. Total sudah 87 persen penyelesaian," ungkapnya.

Sementara untuk kontruksi sudah selesai hampir 95 persen. Setelah itu, pihaknya tinggal melakukan open tender untuk pengadaan meubel dan peralatan kebutuhan lab. Termasuk rencana pengadaan 2 alat PCR baru untuk melengkapi fasilitas tes swab di Unmul.

Nantinya, lab juga akan dibangun dengan standar lab untuk menjadi Bio Safety Level (BSL) 2. Sebagai syarat minimal yang ditetapkan WHO untuk melakukan uji swab pasien COVID 19. "BSL 3 kalau bisa. Yang jelas untuk persyaratan sudah terpenuhi," ungkap Bohari.

Lab Terpadu merupakan salah satu proyek Unmul yang sudah mulai dibangun sejak Oktober 2018. Pembangunan ini menelan dana Rp 45 miliar untuk pembangunan gedung. Serta Rp 70 miliar untuk pengadaan alat dan fasilitas penunjang.

Anggaran yang digunakan dari dana hibah Islamic Development Bank (IsDB). Lab Terpadu, adalah satu dari 7 gedung yang akan dibangun dari dana tersebut. Di antaranya ada  ICT Center, Sains Learning Center, Gedung Kesehatan Masyarakat, Gedung Farmasi dan dua gedung FKTI.

Pihaknya menarget, Lab. Terpadu bisa mulai digunakan, pada awal tahun depan. (krv/yos/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: