Menjamin Ketahanan Pangan

Menjamin Ketahanan Pangan

Belum meredanya penyebaran wabah corona membuat sejumlah negara khawatir berimbas pada krisis pangan. Hal itu mendorong adanya restriksi ekspor komoditas pangan dari negara produsen, terutama beras.  Bagaimana Pemerintah Kalimantan Timur menjamin stok bahan pangan supaya aman?  

NEGARA Thailand, Vietnam, dan India memang sempat menahan ekspor produk pangan karena khawatir pandemi masih lama berakhir. Namun surplus pangan memaksa negara-negara itu melakukan ekspor.

Vietnam  misalnya, mengurangi pengiriman beras kepada Indonesia selama Januari-Maret. Eksportir beras nomor dua dunia itu baru menambah kuota ekspor menjadi 400 ribu ton pada bulan April. Lalu tambah lagi 100 ribu ton, hingga genap 500 ribu ton sebulan kemudian.  

Food Science and Technology Universitas Sebelas Maret, Dr. Rofandi Hartanto mengatakan, selain beras, tahun ini Indonesia akan impor garam, terigu dan gula. Meski 10 provinsi kelebihan produksi, tetapi masih banyak daerah lain yang kekurangan.

“Untuk terigu, Indonesia harus mengimpor supaya bisa memenuhi kebutuhan 10 juta ton per tahun,” katanya dalam webinar ketahanan pangan, Rabu (26/8). Lalu gula diperkirakan impor untuk memenuhi kebutuhan 6,5 juta ton per hari.   

Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kaltim, Dadang Sudarya mengatakan, kebutuhan beras saat ini mencapai 334.144 ton per tahun. Dengan jumlah penduduk  kurang lebih 3.721.389 juta jiwa. Jika dikalkulasi, konsumsi beras masyarakat Kaltim adalah 89,79 kilo gram per kapita per tahun.

Sementara produksi beras lokal baru sekitar 237.581 ton. Hanya mampu memenuhi 71.10 persen dari kebutuhan konsumsi. Untuk memenuhi kekurangan itu, Kaltim memasok beras dari wilayah Sulawesi dan Jawa.

Meski lahan Kaltim satu setengah luas pulau Jawa, daerah ini belum mampu swasembada pangan. "Banyak kendalanya,” kata Dadang.

Pertama, alih fungsi lahan produktif yang sangat cepat, lalu kinerja perbenihan belum optimal, serta sistem perencanaan belum terintegrasi.

Kedua, masih kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pertanian. Khususnya irigasi persawahan. Oleh karena itu, pentingnya proyek pembangunan bendungan yang dapat memperbaiki sistem irigasi pertanian.

Beberapa bendungan mulai disiapkan, seperti Bendungan Lambakan di Kabupaten Paser yang dapat mengairi 23.000 Hektare. Bendungan Marangkayu yang dapat mengairi 1.300 hektare dan revitalisasi bendungan di Berau yang dapat mengairi 500 Hektare area pertanian.

"Dengan pembangunan bendungan-bendungan tersebut diharapkan dapat meningkatkan luas lahan tanam dan meningkatkan IP (Indeks pertanaman, Red.)," ungkapnya.

Selain itu, kinerja perbenihan yang belum optimal, sistem perencanaan yang belum terintegrasi, produktivitas lahan masih rendah dan varietas lokal belum diberdayakan secara maksimal. Juga menjadi kendala peningkatan produktivitas pertanian.

Masalah ketika terkait kebijakan anggaran sektor pertanian belum sesuai harapan. Begitu pula dengan undang-undang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang tidak diterapkan dengan optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: