Bankaltimtara

Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Ancam Ekspor Kaltim

Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Ancam Ekspor Kaltim

Bayuadi Hardianto -Salasabila-nomorsatukaltim.disway.id

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang kembali memanas sejak awal April 2025 memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia, khususnya Kalimantan Timur (Kaltim).

Sektor ekspor, terutama komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO), menjadi rentan terhadap perubahan situasi perdagangan internasional. 

Bayuadi Hardiayanto selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, menyebutkan bahwa meskipun dampak perang dagang ini tidak langsung terasa, namun sudah mulai dirasakan dalam bentuk penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang utama Indonesia.

"Ketika negara mitra menghadapi penurunan daya beli atau pelambatan ekonomi, permintaan mereka terhadap komoditas asal Kaltim, seperti batu bara dan CPO, turut terpengaruh," ujarnya dalam diskusi publik bertajuk Dampak Perang Dagang AS-Tiongkok terhadap Ekonomi Kaltim, pada Kamis (24/4/2025).

BACA JUGA: Marak Premanisme, Mendagri Pertimbangkan Usulan Revisi UU Ormas

Kaltim sendiri, yang merupakan salah satu penghasil batu bara terbesar di Indonesia, sangat bergantung pada permintaan dari negara-negara seperti Tiongkok, India, dan Filipina. 

Penurunan permintaan energi akibat ketegangan global ini berpotensi memperlambat sektor energi yang mengandalkan batu bara, sehingga memengaruhi perekonomian daerah.

Di sisi lain, kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap produk-produk asal Tiongkok sejak awal April 2025 menyebabkan barang-barang yang sebelumnya ditujukan untuk pasar AS kini beralih ke pasar alternatif, termasuk Indonesia.

"Indonesia berpotensi menjadi tujuan utama bagi produk-produk yang tidak lagi bisa masuk pasar AS," ucap Bayuadi, sapaan akrabnya.

BACA JUGA: Indonesia Pilih 'Melunak' untuk Hasilkan Kesepakatan dengan AS soal Tarif Trump

Kondisi ini memberikan tantangan bagi industri lokal Indonesia, yang kini harus menghadapi persaingan yang lebih ketat, terutama di sektor barang konsumsi. 

Tak hanya itu, negara mitra dagang Kaltim lainnya seperti India dan Filipina juga harus berhadapan dengan penyesuaian dalam mengelola ekspor mereka ke Amerika.

Meski demikian, Bayuadi melihat adanya peluang dalam situasi ini yairu dengan memperluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional. Seperti kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika, meskipun saat ini volume perdagangannya belum sebesar Tiongkok atau India, menyimpan potensi besar untuk pertumbuhan pasar.

"Dengan strategi yang tepat, negara-negara ini bisa menjadi pasar baru yang memberikan kontribusi signifikan untuk stabilitas ekspor Kaltim," jelas Bayuadi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: