Samarinda, DiswayKaltim.com - Limbungnya bisnis perhotelan akibat pandemi ikut memukul sektor lain. Tak sedikit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ikut terpuruk. Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman Samarinda, Juliansyah Roy mengatakan, banyak usaha pendukung perhotelan yang ikut tergulung.
“Dampak ikutannya berimbas pada jenis usaha pendukungnya. Sebagai contoh, karena banyaknya resto yang tutup. Usaha suplai ayam potong pun ikut terdampak. Karena pasokan ayamnya tidak terserap optimal. Akhirnya dijual dengan harga rendah. Pengusaha pun merugi,” kata Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini, Kamis (18/6/).
Begitu juga dengan pemasok sayur dan buah. Belum lagi, usaha lain yang tidak terkait langsung, seperti transportasi, penjual kerajinan atau suvenir, dan sebagainya.
Secara nasional, Indonesia sudah memasuki fase ketiga dalam masa relaksasi normal baru. Dimana dalam rangka pemulihan ekonomi, pusat perbelanjaan seperti mal, pasar, dan toko sudah diizinkan kembali beroperasi. Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
Di Kalimantan Timur, meski belum secara resmi memberlakukan normal baru, beberapa aktivitas ekonomi sudah diaktifkan kembali. Bahkan mal-mal sudah membuka jam operasional secara penuh. Didukung dengan sektor usaha lain seperti resto dan hotel yang juga kembali beroperasi.
Pengamat Ekonomi Kaltim, Juliansyah Roy melihat fenomena ini sebagai awal yang baik. Karena dengan bergeraknya aktivitas usaha dan ritel, akan memutar kembali roda perekonomian. Yang sempat terdampak akibat pandemi COVID-19.
"Aktivitas ekonomi cepat atau lambat pasti kembali lagi. Dan semua sektor harus didorong. Terutama UMKM," terang Roy, sapaan akrabnya. Kepada Disway Kaltim, Kamis (18/6).
Lebih lanjut, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda ini menjelaskan, UMKM menjadi sektor ekonomi yang paling terdampak akibat pandemi COVID-19. Sehingga dalam masa pemulihan ekonomi seperti sekarang, sudah sepatutnya sektor usaha ini mendapat perhatian.
Pemerintah harus memberikan bantuan modal usaha kepada UMKM terdampak. Dan memberikan pendampingan profesional kepada UMKM. Agar usahanya bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19.
"Harus concern ke sana. Karena kalau tidak, di tengah prediksi COVID-19 sampai akhir tahun. Banyak pengusaha UMKM yang akan KO. Tidak sanggup bertahan," ujarnya.
Bantuan langsung tunai yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat terdampak. Disebut Roy hanya membantu pemulihan ekonomi dalam jangka pendek. Perintah harus menyiapkan paket kebijakan yang komperehensif dalam mengatasi masalah ekonomi selama pandemi COVID-19.
"Artinya efek COVID ini sampai akhir tahun. Harus dipetakan sektor mana yang terdampak mana yang tidak. Dan apa langkah penanganannya?" Sebut Roy.
Roy menyebut, sektor usaha yang tidak terdampak lansung oleh pendemi COVID-19 adalah sektor yang mengandalkan akses digital. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mendorong semua sektor usaha untuk bertransformasi pada ekonomi digital.Terutama pendampingan usaha pada sektor informal. Sejalan dengan revolusi industri 4.0 yang berbasis teknologi.
Sementara disisi yang sama, penanganan COVID-19 juga harus diselesaikan. Ekonomi tidak akan kembali tumbuh. Selama pandemi COVID-19 masih mewabah. Roy pun menyesalkan langkah pemerintah yang dinilai kurang tanggap dalam penanganan COVID-19.
Seharusnya, saat pandemi COVID-19 masuk ke Kaltim, pemerintah langsung melakukan karantina wilayah atau lock down. Agar penyebaran cepat berhenti. Tidak berlarut-larut hingga sekarang. "Kita banyak pertimbangan saat itu. Seharusnya, cepat lock down, cepat pulih,"pungkasnya. (krv/yos)