Sedimentasi Waduk Benanga Samarinda Meninggi, Butuh Solusi Konkret

Senin 01-06-2020,21:27 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Kondisi Waduk Benanga, Senin(1/5). Pasca banjir, waduk justru alami sedimentasi. (Azis/Disway Kaltim)

Samarinda, DiswayKaltim.com - Waduk Benanga di Kelurahan Lempake kembali alami sedimentasi. Pasca banjir besar yang melanda  Kota Tepian.

Hal tersebut dikarenakan ketika hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Jumat (22/5) lalu. Dimana limpasan air dari Utara Samarinda yang masuk ke waduk turut membawa sedimentasi berasal dari pembukaan lahan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda pun punya kajian. Terkait peyebab babjir.  Selain akibat curah hujan juga dibarengi dengan pasang air Sungai Mahakam. Sekretaris BPBD Kota Samarinda, Hendra AH menuturkan, selain dua permasalahan tersebut, persoalan lainnya adalah pendangkalan dan penyempitan di Waduk Benanga Lempake dan Sungai Karang Mumus (SKM).

"Untuk Waduk Benanga dulunya memiliki luasan 380 hektare, sekarang hanya 20 hektare saja. Lalu sebagian wilayah tersebut ditumbuhi gulma dan sedimentasi, jadi daya tampungnya berkurang," kata Hendra, Senin (1/6).

Dari hasil pantauan udara, BPBD mendapati kondisi waduk yang mengalami perbedaan warna ketika tengah menampung air. Limpasan air bewarna kecoklatan datang dari hulu sungai DAM, sub sungai hulu Waduk Benanga. Dimana keduanya terjadi pembukaan lahan.

"Dari pantauan menggunakan helicopter BPBD, air berwarna kecoklatan itu membawa sedimentasi. Yang tentunya berdampak pada penebalan sedimen di waduk," ungkapnya.

Tak hanya itu, pengamatan BPBD juga mendapati adanya aktiitas tambang di wilayah hulu waduk. Sehingga menambah pendangkalan pada Waduk Benanga akibat masuknya material tanah. "Waduk Benanga ini kan menampung aliran air dari Muara Badak, Pampang dan sekitarnya," imbuhnya.

Hendra menerangkan, Waduk Benanga memang perlu dilakukan pengerukan karena dirasa sudah tidak mampu menampung debit air. Ia menyebut, bila normalisasi waduk  dilakukan, Kedepannya meski curah hujan hingga 400 milimeter dalam sehari, Waduk Benanga masih dapat menampungnya.

"Jadi air dari Waduk Benanga tidak sampai membanjiri wilayah sekitarnya," tegas Hendra.

Sementara untuk Sungai Karang Mumus, ujar Hendra, perlu adanya normalisasi di seluruh alirannya. Hal ini dilakukan karena adanya pendangkalan dan bottleneck alias penyempitan aliran air, sehingga kondisi tersebut sangat berkontribusi akan terjadinya musibah banjir di Kota Tepian.

"Sekarang kan aliran airnya tertahan. Sehingga terjadi penumpukan di wilayah Bengkuring, Griya Mukti Sejahtera dan Jalan Pemuda karena wilayah tersebut merupakan cekungan.”

"Selebihnya dari pantauan kami, aliran di dekat Jembatan Kehewanan lancar lancar saja. Berarti kan permasalahannya ada di sebagian aliran Sungai Karang Mumus yang mengalami penyempitan akibat adanya pemukiman warga, dan pendangkalan," tambahnya.

Lebih jauh, Hendra tidak lupa mengingatkan kepada masyarakat agar selalu waspada dalam beberapa hari kedepan. Mengingat berdasarkan prediksi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda, puncak curah hujan tinggi terjadi hingga awal bulan Juni.

"Jadi setelah tanggal 3 Juni nanti itu diprediksi sudah memasuki musim kemarau. Tapi, masih ada kemungkinan terjadinya banjir susulan, sehingga warga harus waspada," pungkasnya. (aaa/boy)

Tags :
Kategori :

Terkait