Kecolongan Terima Pasien Reaktif COVID-19, 50 Tenaga Medis RSUD AWS Diistirahatkan

Selasa 28-04-2020,22:46 WIB
Reporter : Bayu
Editor : Bayu

RSUD AWS Samarinda. (int) ===================== SAMARINDA, Diswaykaltim.com - Sebanyak 50 tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda harus diistirahatkan. Karena diketahui berkontak erat dengan seorang pasien yang ternyata berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG). Plt Direktur RSUD AWS David Masjhoer mengaku kecolongan. Lantaran pasien tidak jujur mengenai riwayat kontak dan perjalanannya. Sebelum datang ke fasilitas kesehatan. Belakangan baru diketahui hasil rapid test pasien tersebut reaktif COVID-19. “Kami sudah beberapa kali kecolongan tangani pasien biasa ternyata hasil rapid test reaktif,” ungkap David kepada wartawan melalui aplikasi Zoom Mettings, Selasa (28/4/2020). Pasien tersebut datang ke rumah sakit untuk melangsungkan operasi. Namun baru diketahui belakang rupanya pasien memiliki riwayat perjalanan dari Bontang. Serta pernah melakukan kontak erat dengan petugas kesehatan di RS Islam dan RSUD Taman Husada Bontang. “Setelah di operasi baru di dapat info yang bersangkutan rapid test reaktif. Saat pasien itu datang ke RSUD kita enggak pernah berpikir bahwa pasien tersebut ternyata Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID-19,” terangnya. Berdasarkan hasil rapid test reaktif. Pasien kemudian dipindahkan ke ruang isolasi dan menjalani swab. Hingga saat ini, pihak RSUD AWS masih menunggu untuk menentukan status pasien dalam pengawasan (PDP) tersebut, positif COVID-19 atau tidak. Akibat pasien yang tidak jujur, para dokter maupun perawat yang sebelumnya berkontak erat dengan pasien tersebut harus diistirahatkan selama tujuh hari. Setelah itu dilakukan rapid test. “Kalau (tim medis) hasilnya non reaktif, mereka bisa kerja lagi. Tapi itu perlu waktu seminggu. Lantas, selama seminggu itu siapa yang kerja. Kita khawatir justru pasien non COVID-19 yang jadi korban,” ucap David Jika kondisi tersebut terus berlanjut, maka dirinya memastikan rumah sakit rujukan regional Kalimantan tersebut bisa lumpuh. "Ada banyak pasien lain, gagal ginjal, hepatitis, pasien mau melahirkan, semua terbengkalai jika semakin banyak petugas medis istirahat sementara karena COVID-19,” terangnya. Atas persoalan yang kini terjadi, David mengimbau warga Samarinda untuk semakin waspada. Kota ini memasuki masa puncak wabah COVID-19. Semakin banyak yang terpapar, maka semakin menyulitkan situasi yang memang sudah begitu genting. “Saat ini petugas kami istirahatkan ada sekitar 50 lebih. Sambil menunggu rapid test. Kalau tidak reaktif, baru bisa kerja lagi. Itupun perlu waktu seminggu. Nah, seminggu ini siapa menangani pasien? Yang juga jadi korban adalah pasien non COVID-19, karena malah bisa terbengkalai,” lanjutnya. Dia berharap masyarakat bisa tak menjauhi dan mengucilkan pasien corona. Hal tersebut bisa menjadi pemicu pasien tidak jujur melaporkan kondisi kesehatannya. “Begitu juga dengan masyarakat yang merasa terpapar silahkan melapor diri. Jujur. Jangan khawatir atau takut. Kami pikir hal-hal seperti itu yang buat banyak pasien bohong, tidak terbuka,” ucapnya. Jika tak ada kejujuran dari pasien maka akan memicu penyebaran yang lebih masif, mengingat pihak RSUD tak bisa mengambil langkah antisipasi kebohongan. “Kecuali pakai alat pendeteksi kebohongan,” tandasnya. Hingga saat ini sudah RSUD AWS sudah melakukan rapid test terhadap puluhan tenaga medis. Terlebih, mereka yang diketahui kontak erat dengan pasien corona maupun pasien biasa yang hasil rapid tes reaktif. (mic/byu)

Tags :
Kategori :

Terkait