Garda Depan Rentan Tertular 

Jumat 03-04-2020,17:47 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

 Perawat adalah orang yang paling sering bersinggungan dengan pasien COVID-19. Ketimbang dokter. Saat ini, jumlah tenaga perawat mencapai 12.809 orang. Tersebar di seluruh daerah di Kaltim. Dari sisi jumlah, menurut Ketua PPNI Kaltim Dr Sukwanto sudah sangat cukup. Bahkan banyak yang nganggur. Kendalanya justru keterbatasan APD. Padahal mereka orang yang paling rentan tertular.   Pewarta: Muslim Hidayat Editor: Devi Alamsyah TENAGA medis di Kalimantan Timur (Kaltim) tengah bersiap menghadapi wabah virus corona baru atau COVID-19. Menjadi garda terdepan dalam wabah ini, membuat profesi tenaga medis khususnya perawat, menjadi penting. Namun, keamanan menjadi persoalan utama. Alat Pelindung Diri (APD) buat tenaga medis masih minim. Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kaltim, Dr Sukwanto mengatakan, dalam menghadapi wabah COVID-19 tenaga perawat sudah dipersiapkan. Mereka sudah dibekali prosedur tetap (protap) apa dan bagaimana yang harus dilakukan. “Seluruh perawat di Kaltim sudah siaga. Secara personal perawat kita siaga, selama 24 jam di seluruh fasilitas kesehatan,” katanya, Jumat (27/3). Saat ini, kata dia, ada 12.809 tenaga perawat yang tersebar di 10 kabupaten kota se-Kaltim. Terpusat di perkotaan, seperti Samarinda dan Balikpapan. Mereka ditempatkan di seluruh rumah sakit, puskesmas yang memiliki rawat inap, hingga klinik. Dengan sistem kerja 3 shift kerja stand by selama 24 jam. Hanya saja, diakui, dalam persiapan menghadapi wabah ini, perawat belum dilengkapi dengan APD yang memadai. Termasuk dengan jumlah APD. “Masih sangat terbatas. Khususnya di puskesmas-puskesmas rawat inap. Mungkin mereka hanya punya masker, itu juga terbatas. Sedangkan APD yang lain masih sangat kurang,” kata Doktor Keperawatan dari Universitas Brawijaya Malang ini. Sesuai standar, APD yang dimaksud yaitu selain masker N95, juga baju pelindung atau coverall gown, sepatu bot, dan lainnya. Kaltim sendiri sudah menerima bantuan dua ribu APD. Berupa APD cover all dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 pusat, awal pekan ini. Yang telah didistribusikan untuk faskes se-Kaltim. Menurutnya, APD tersebut masih belum mengcover seluruh faskes. Khususnya untuk perawat yang bertugas di 182 puskesmas rawat inap. Kemudian di 29 RS baik umum dan swasta. Dengan jumlah tersebut, ia menilai APD masih sangat kurang dari yang dibutuhkan. “Idealnya, kita kan ada ratusan puskesmas, puluhan RS seyogianya mereka harus dibekali dalam 3 shift. Jadi diperlukan jumlah yang banyak. Kan APD itu sekali pakai saja,” terangnya. Kata dia, hal ini lah yang menjadi keluhan perawat saat ini. Dari informasi yang didapatnya hingga kemarin dari pelbagai rumah sakit, kebutuhan APD nya masih kurang. Bantuan 2 ribu APD yang telah didistribusikan masih belum cukup mengcover seluruh RS. Sebab, jumlah tiu dibagi ke pelbagai RS se- Kaltim. “Kita harap ada penambahan lagi dari pusat, sehingga kebutuhan RS bisa terpenuhi. Rata-rata itu kemarin hanya dapat 50, 100, 150 unit saja. Kalau faskes tingkat pertama ada juga diberikan, cuma sangat sedikit, padahal faskes kita kan banyak,” keluhnya. Yang perlu dipahami, kata dia, APD tidak hanya digunakan bagi perawat yang menangani pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 saja. Yang tengah diisolasi di pelbagai RS rujukan maupun swasta. Akan tetapi juga diperlukan untuk tenaga medis di faskes tingkat pertama. Misalnya, perawat yang bertugas di Unit Gawat Darurat di RS maupun di puskesmas rawat inap hingga klinik rawat jalan. Sebab, sebelum dirujuk ke RS, pasien yang mengalami gejala COVID-19 tentu sebelumnya melakukan pengecekan di faskes tingkat pertama tersebut. “Memang tidak untuk semua perawat. Tetapi khusus untuk lini depan yang menangani pasien. APD itu harus dipakai sebelumnya. Karena kita tidak mengetahui semua orang yang datang itu. Sangat mungkin mengendap atau ketika masa inkubasi dari virus corona itu sendiri. Jadi faskes pertama itu juga harus dilengkapi pakai APD lengkap,” bebernya. Untuk mengatasi hal ini, pihaknya pun telah berinisiatif. Melalui organisasi PPNI pusat. Memohon dikirim APD secara lengkap untuk kebutuhan seluruh faskes yang ada di Kaltim. Ia pun berharap nantinya akan ada tambahan APD dalam waktu dekat. JUMLAHNYA CUKUP Disisi lain, ia menyatakan, untuk jumlah tenaga medis secara prevalensi sudah cukup memadai dengan jumlah penduduk Kaltim. Apalagi, dalam menghadapi wabah COVID-19.  “Secara umum sudah cukup, hanya distribusi kabupaten kota yang belum merata. Masih terfokus di kota. Itupun banyak yang tidak dapat pekerjaan. Seharusnya memang satu kampung, satu desa, ada perawat di sana,” ucapnya. Ia menerangkan perawat yang menangani pasien COVID-19 dikhususkan. Terpisah dengan perawat yang merawat pasien lainnya. Sebab mereka juga ikut terpisah di ruang isolasi di RS tersebut. Hingga Jumat (27/3), dari data Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kaltim, tercatat ada 59 pasien dalam pengawasan (PDP). Yang dirawat di 12 rumah sakit di Kaltim. Paling banyak, ada di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan 24 orang. Kemudian, pasien di RSUD Abdul Wahab Syahranie (AWS) 10 pasien. Dari jumah tersebut, pasien PDP yang confirmasi positif sebanyak 11 orang. Mereka dirawat secara intensif oleh tenaga medis perawat yang khusus menangani selama 24 jam. Dengan tiga shift secara bergantian, masing-masing satu perawat 8 jam, dengan satu perawat merawat satu pasien. Yang bertugas menjalankan asas penerapan asuhan keperawatannya. Seperti, tindakan kolaboratif tugas-tugas medis yang dilimpahkan ke perawat itu sendiri. Termasuk juga tindakan preventif dan promotif dalam kesehatan pasien tersebut. PERAWAT KHUSUS   Menurut Sukwanto, perawat yang menangani pasien PDP itu dikhususkan. Artinya tidak semua perawat yang bertugas di RS ditugaskan. Rata-rata tiap RS hanya 30 hingga 35 perawat khusus yang ditugaskan merawat pasien COVID-19. Baik yang status PDP hingga positif. “Mereka itu diisolasi juga. Dari jumlah 12 ribu perawat, sekitar ratusan yang dikhusukan menangani ini,” jelasnya. Bahkan, kata dia, seluruh perawat yang menangani khusus pasien itu tidak dizinkan pulang ke rumahnya. Mereka harus diisolasi atau diinapkan di RS tempat tugas mereka. Dengan tujuan menghindari kontak dengan perawat lain, hingga keluarga di rumah. Termasuk, untuk memutus mata rantai virus tersebut. “Mereka sudah dibekali juga pengendalian inveksi dan pencegahan penyakit menular. Secara Pribadi siap,” imbuhnya. Belajar dari kasus perawat yang menjadi korban keganasan COVID-19 di DKI Jakarta, menurutnya, pihaknya mengingatkan kepada seluruh perawat di Kaltim untuk menjaga kedisiplinan. Mulai dari saat persiapan hingga keamanan. Termasuk disiplin dalam penerapan social distancing. Hingga tetap menjaga prilaku hidup bersih dan sehat. Seperti, mengganti baju seusai bertugas. “Sebelum melayani pasien mereka harus siap dulu. Mereka harus disiplin, memakai APD yang standar, dan mereka tidak kontak dengan orang tanpa APD yang cukup. Setelah itu, mereka harus membatasi diri. Termasuk kegiatan mencuci tangan pakai sabun air mengalir. Itu standar yang harus dilakukan,” paparnya. Selain itu, sebagai bentuk pencegahan akan dilakukan rapid test kepada tenaga medis yang bertugas. Kaltim sendiri sudah menerima 2.400 unit rapid test yang akan didistribusikan ke RS yang menangani pasien COVID-19. Sementara itu, terkait kemungkinan melonjaknya pasin yang bakal ditangani, Sukwanto menegaskan, pihaknya bakal melakukan antisipasi. Dengan cara melibatkan partisipasi masyarakat, seperti relawan kesehatan untuk membantu menangani pasien yang dirawat. “Kemungkinan terburuknya seperti itu, semoga saja tidak. Kita harap juga PDP itu sisanya tidak positif.  Kalaupun terjadi selain relawan, tentu jika semakin bertambah jumlah perawat yang menangani khusus akan ditambah,”tegasnya. SOLIDARITAS SESAMA Keterbatasan APD ini, membuat solidaritas sesama perawat semakin meningkat. Mereka melakukan urunan untuk membeli APD, seperti masker. Hal ini yang terjadi di Samarinda. Menurut, Ketua DPD PPNI Kota Samarinda Sugiono, ribuan perawat telah melakukan urunan atau patungan untuk membeli APD seperti masker sesuai standar dalam menangani COVID-19. “Saya sendiri bersama PMI menggalang dana untuk teman-teman perawat, dari perawat se-Samarinda untuk beli APD. Danaya sudah terkumpul, tapi masalahnya kami susah juga cari barangnya,” tuturnya. Sebagai perawat yang bertugas di RS AWS ini, ia tergugah melihat teman-temannya, yang terpaksa bertugas dengan APD seadanya. Bahkan itu, juga terjadi di RS lain di Samarinda. Belakangan ini, APD dibantu oleh para donatur yang peduli terhadap mereka. Namun itupun tidak sesuai standar. Padahal, kata dia, tenaga medis perawat merupakan garda terdepan dalam menangani wabah virus ini. Mereka juga sangat rentan untuk tertular. Sebab paling sering dari tenaga medis lainnya yang berinteraksi dengan pasien. Sehingga dibutuhkan APD yang lengkap dan sesuai standar menangani COVID-19. “Kami mohon kepada pemerintah, namanya kami di garda depan ini. Paling rentan tertular. Karnea lebih sering berinteraksi. Ini kasihan mereka. Kami miris melihat teman-teman, merawat maskernya tidak standar,” katanya. Dengan kondisi seperti ini, kata dia, teman-teman perawat pun punya kekhawatiran yang tinggi. Akan tertular virus itu. Sehingga banyak di antara mereka yang memilih mengisolasikan diri di RS tempat bekerja. Dalam protap, memang setiap perawat yang menangani khusus pasien COVID-19 tidak diperbolehkan bebas pulang berinteraksi sosial seperti biasanya. “Di AWS sendiri kita disiapkan rumah singgah. Untuk perawat yang melaksanakan perawatan pasien virus corona. Ada juga teman-teman kami mampu ngekos, tidak pulang ke rumah karena lebih sayang keluarganya, takut terkontaminasi,” tandasnya. (*) Total Perawat Kaltim berdasarkan SIMK Online : 12.809

  1. Kota Samarinda : 4.154
  2. Kota Bontang : 706
  3. Kota Balikpapan : 2.197
  4. Kabupaten Paser : 806
  5. Kabupaten Panajam Paser Utara : 471
  6. Kabupaten Mahakam Ulu : 180
  7. Kabupaten Kutai Timur : 1.113
  8. Kabupaten Kutai Kartanegara : 1.624
  9. Kabupaten Kutai Barat : 745
  10. Kabupaten Berau : 813
Ket: Data tsb per 27 Maret 2020  
Tags :
Kategori :

Terkait