“Di periode puncak ini, kesiapsiagaan harus ditingkatkan karena ancaman bencana hidrometeorologi biasanya lebih besar,” ujarnya.
Selain hujan lebat, BMKG juga mengingatkan potensi angin kencang, terutama pada April yang merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
“Berdasarkan data historis, kejadian angin kencang cukup banyak terjadi di bulan April karena dinamika atmosfer yang tidak stabil saat peralihan musim,” kata Riza.
Terkait angin puting beliung, Riza menyebut fenomena tersebut berskala lokal dan sangat bergantung pada kondisi cuaca setempat, terutama pertumbuhan awan cumulonimbus.
“Potensi awan cumulonimbus bisa terjadi di mana saja. Namun, terbentuk atau tidaknya puting beliung sangat tergantung pada perkembangan awan tersebut,” ucapnya.
BMKG menilai wilayah barat Kaltim perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki karakteristik hujan hampir sepanjang tahun.
BACA JUGA:Wali Kota Samarinda Bantah Isu Penambahan Anggaran Terowongan, Kontrak MY Sudah Close
Daerah yang perlu diwaspadai antara lain Mahakam Ulu, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, serta wilayah selatan seperti Kabupaten Paser.
“Mahakam Ulu itu hujannya tinggi hampir sepanjang tahun, perbedaan musim hujan dan kemaraunya tidak terlalu jelas. Sementara di wilayah pesisir dan selatan juga berpotensi mengalami curah hujan tinggi,” kata Riza.
Untuk Kota Samarinda, BMKG memprediksi intensitas hujan berada pada kategori menengah. Namun, Riza menegaskan hal tersebut tidak serta-merta berarti aman.
“Kalau di Samarinda, curah hujan 50 milimeter saja sudah bisa menimbulkan genangan dan masalah di banyak titik."
"Jadi bukan soal kategori rendah atau tinggi, tapi ambang batas curah hujan yang mampu ditangani wilayah ini,” ujarnya.