Pemkab Kutim: Pola Asuh Pengaruhi Kenaikan Angka Stunting

Senin 01-12-2025,17:14 WIB
Reporter : Sakiya Yusri
Editor : Baharunsyah

KUTIM, NOMORSATUKALTIM - Permasalahan stunting di Kutim tidak sekedar kurangnya asupan gizi. Ternyata pola asuh yang tidak baik diyakini turut berpengaruh.

Hal itu disampaikan Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Kabupaten Kutim, Sudirman Latif.

Ia menegaskan stunting harus dipandang sebagai masalah multidimensi, yang membutuhkan pendekatan lintas sektor agar penanganannya tepat sasaran.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa stunting hanya menimpa keluarga kurang mampu.

Padahal, sejumlah kasus ditemukan justru berasal dari keluarga yang secara ekonomi tergolong cukup.

“Penyebab stunting itu sangat beragam. Tidak semua karena ekonomi lemah. Ada juga orang tua mampu secara finansial, tetapi cara pengasuhannya tidak tepat,” ucap Sudirman saat ditemui di Kantor Bupati Kutim, Senin 1 Desember 2025.

Ia mencontohkan beberapa keluarga memiliki akses pangan memadai.

Namun anak tetap masuk kategori risiko stunting akibat kurangnya perhatian, minim interaksi, atau jarak kelahiran yang terlalu dekat.

“Ini yang sering tidak disadari. Anak bukan hanya butuh nutrisi, tetapi juga butuh pendampingan dan pola asuh yang benar,” katanya.

Sudirman mengatakan pemerintah kini tidak hanya fokus pada edukasi gizi.

Tetapi mulai masuk pembinaan psikologis bagi orang tua, sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting sejak dini.

“Ketika anak lahir, tantangan orang tua bukan hanya biaya dan perawatan fisiknya. Kesiapan mental dan psikologis juga sangat penting, terutama jika anak lebih dari satu,” jelasnya.

Ia menyebut fasilitas psikolog medis yang sudah tersedia di rumah sakit daerah dapat dimaksimalkan, untuk membantu orang tua memahami pola asuh yang sehat dan sesuai kebutuhan tumbuh kembang anak.

Sudirman mengakui bahwa Kutai Timur saat ini menduduki posisi kedua nasional melalui pelaksanaan proyek perubahan yang digagas Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB).

“Kami telaah akar masalah satu per satu. Pendekatan ini bukan lagi menyamaratakan masalah, tetapi menargetkan faktor penyebabnya secara spesifik,” ungkapnya.

Kategori :