“Kapal ini butuh sekitar 3 ton air bersih per hari untuk keperluan operasi dan pelayanan medis. Kami sudah koordinasi dengan PDAM untuk pengiriman air melalui mobil tangki,” ujarnya.
BACA JUGA: Penyakit Dalam Mulai Serang Anak Muda, Salah Satunya Disebabkan Pola Hidup Tidak Sehat
Kapal rumah sakit ini memiliki ukuran besar, panjang sekitar 41 meter dan lebar 8 meter, dilengkapi ruang operasi, laboratorium, dan peralatan kesehatan lengkap setara rumah sakit darat.
Nantinya, setiap kunjungan akan berlangsung selama tujuh hari di satu lokasi, sebelum berpindah ke daerah lain.
“Dalam satu kunjungan, pasien akan diperiksa di darat, lalu yang membutuhkan tindakan lanjut akan dibawa ke kapal untuk operasi,” tambahnya.
Selain dokter umum, kapal ini juga akan membawa tim spesialis dari Balikpapan yang bergantian setiap pekan.
BACA JUGA: Tekan Kasus HIV/Aids, Pemerintah Kutim Lakukan Pendekatan Lapangan hingga Penyamaran
BACA JUGA: Kutim Gelar PPID Award, RSUD Kudungga dan Disdikbud Raih Nilai Sempurna
“Ada sekitar 25 tenaga medis yang ikut dalam satu gelombang pelayanan. Setelah satu minggu bertugas, mereka akan digantikan tim berikutnya,” terangnya.
Dinkes Kutim menilai program ini sangat sejalan dengan visi Bupati Kutai Timur dalam memperluas akses layanan kesehatan hingga ke pelosok.
“Pak Bupati sangat mendukung dan mengapresiasi inisiatif ini. Kapal dokter terapung masuk ke dalam program prioritas kesehatan daerah, khususnya untuk menjangkau 50 persen wilayah yang sulit terakses,” jelasnya.
Meski ada kendala teknis di awal, Dinkes tetap melaksanakan pelayanan alternatif melalui program dokter spesialis keliling, termasuk pengobatan gratis di kecamatan-kecamatan.
BACA JUGA: RSUD HIS Kutai Barat Tambah Dokter Spesialis Bedah Saraf, Pasien Tak Perlu Dirujuk Keluar Daerah
BACA JUGA: Malaria di PPU Terus Menurun, Tahun 2025 Hingga September Tercatat 137 Kasus
“Sambil menunggu kapal, kami tetap bergerak. Program dokter spesialis tetap jalan di lapangan,” ujarnya.