Kisah Tenaga Medis di Jempang Kutai Barat: dr Irana, 10 Tahun Melayani Masyarakat di Tengah Keterbatasan
Kepala UPTD Puskesmas Tanjung Isuy, dr Irana-Eventius/Nomorsatukaltim-
KUTAI BARAT, NOMORSATUKALTIM – Di tepi Danau Jempang yang tenang, ada satu sosok yang setiap paginya selalu lebih dulu tiba di tempat kerja.
Dialah dr. Irana, Kepala UPTD Puskesmas Tanjung Isuy, yang selama satu dekade terakhir menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat pedalaman Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat (Kubar).
Dalam keterbatasan fasilitas dan sulitnya akses, ia tetap memilih bertahan melayani dengan hati, bukan karena kemewahan, tetapi karena panggilan jiwa.
Setiap pagi, langkah dr. Irana selalu menjadi yang pertama terdengar di Puskesmas Tanjung Isuy. Ia memeriksa satu per satu ruangan, memastikan alat dan logistik siap sebelum pasien datang.
BACA JUGA: RSUD HIS Kutai Barat Tambah Dokter Spesialis Bedah Saraf, Pasien Tak Perlu Dirujuk Keluar Daerah
Tak ada yang istimewa dari gedung puskesmas itu. Bangunan tua dengan ruang sempit dan fasilitas sederhana, tetapi di sanalah selama 10 tahun ia menambatkan cinta dan pengabdian sebagai dokter.
“Saya orang Kutai Barat, besar di Damai. Lalu jadi dokter tahun 2013, dan sudah 10 tahun di Puskesmas Tanjung Isuy,” ujar Irana, Rabu 12 November 2025.
Bagi perempuan muda itu, bekerja di daerah bukanlah pilihan kedua, melainkan panggilan hati. Setelah 2 tahun di rumah sakit, ia memutuskan mengikuti tes CPNS dan diangkat menjadi dokter di Tanjung Isuy.
Tahun 2022, ia dipercaya memimpin puskesmas tersebut. Sejak itu, hampir setiap hari ia berhadapan dengan tantangan dari gedung yang menua hingga akses jalan yang rusak.
BACA JUGA: Jalan Rusak Hambat Ekonomi Jempang, DPRD Kutai Barat Desak Pemerintah Bergerak
“Bagi saya, Hari Kesehatan Nasional ini jadi pengingat bahwa pelayanan kesehatan kita belum optimal. Di Tanjung Isuy ini, masih banyak masyarakat belum merasakan layanan maksimal,” katanya.
Menurut Irana, peringatan HKN bukan sekadar seremoni, tapi momentum untuk mengoreksi diri dan memperkuat semangat tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan terbaik. Namun, ia tak menutup mata bahwa tugas itu tidak mudah.
“Tantangan terbesar kami di sini, yang pertama sarana prasarana masih jauh dari standar. Gedung kami ini bangunan tahun 1994, sampai sekarang belum dapat yang baru. Jadi kami harus memanfaatkan ruang yang ada,” ungkapnya.
Ia menuturkan, ruang administrasi kadang disulap menjadi tempat pemeriksaan pasien. Untuk pelayanan darurat, tempat tidur darurat disiapkan di luar gedung dengan atap seadanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
