MAHULU, NOMORSATUKALTIM - Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim, dr Nurizky Permanajati menegaskan, bahwa program keluarga berencana (KB) kini bukan lagi sekadar membatasi jumlah anak, melainkan instrumen perencanaan keluarga.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan fasilitasi intensifikasi dan integrasi pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) di Mahulu, Kamis, 11 September 2025
Kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan di pusat kabupaten, tapi juga menyasar sampai ke perkebunan sawit yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan, terutama mendapatkan pelayanan KB.
“Jadi semuanya harus direncanakan dengan baik. Kapan punya anak dan berapa jumlahnya,” ujar dr Nurizky saat diwawancara NOMORSATUKALTIM.
BACA JUGA: Stunting Dilaporkan Naik: Wabup Mahulu Tegaskan Keseriusan Semua Pihak, Terutama Aparat Kampung
Menurut dr Nurizky, mayoritas wilayah di Kaltim cukup patuh terhadap program KB.
Namun, kondisi geografis kerap menyulitkan akses pelayanan.
Karena itu, BKKBN memilih turun langsung ke lokasi yang sulit dijangkau, termasuk ke Mahulu.
Disebutkan bahwa, pertumbuhan penduduk Mahulu yang pesat dalam 5 tahun terakhir turut menjadi perhatian.
BACA JUGA: Pernikahan Dini Jalur Adat Jadi Sorotan DPRD Kutai Barat, Stunting Tak Kunjung Reda
Dari 23 ribu jiwa kini melonjak menjadi 39 ribu jiwa, dan sebagian besar pendatang.
Ia menegaskan bahwa, kepatuhan terhadap program KB memiliki korelasi dengan penurunan angka stunting serta kualitas hidup keluarga.
“Jika warga asli tidak dipersiapkan dengan baik dari segi kesehatannya, mereka bisa kalah bersaing. Terutama kualitas SDM yang masih menjadi tantangan, itu salah satu penyebabnya karena stunting,” katanya.
Ia mengungkapkan, dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, hanya Balikpapan yang prevalensi stunting-nya di bawah 20 persen.
BACA JUGA: Mahulu Targetkan Kemiskinan Turun Jadi 10 Persen di 2025, Stunting Jadi Prioritas