Berbeda dengan tren tersebut, rumah tipe besar (luas >70 m²) justru mencatat kenaikan harga lebih tinggi.
Pada triwulan II-2025, harga rumah tipe besar tumbuh 2,07 persen (yoy), meningkat dari 1,34 persen pada triwulan sebelumnya.
Meski demikian, dari sisi penjualan, tipe besar mengalami penurunan paling tajam. Nilai penjualannya merosot hingga 25 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Melemahnya permintaan juga menjadi penyebab turunnya penjualan rumah tipe besar," jelas Robi.
BACA JUGA:Hyundai STARGAZER Cartenz & Cartenz X Hadir di Balikpapan, Dibekali Fitur Canggih SmartSense
BACA JUGA:Menkop Dorong Koperasi Merah Putih Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Dari sisi pangsa penjualan, lanjutnya, terjadi pergeseran minat masyarakat.
Jika pada triwulan sebelumnya rumah tipe kecil lebih banyak terjual, kini rumah tipe menengah mendominasi.
Fenomena itu tidak lepas dari kehadiran sejumlah klaster baru rumah menengah yang dipasarkan selama periode laporan, sehingga menarik minat konsumen.
BI Balikpapan juga mencatat mayoritas transaksi residensial primer pada triwulan II-2025 menggunakan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
Porsinya mencapai 89 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 84 persen.
Sementara itu, 8 persen transaksi dilakukan melalui skema pembayaran cash bertahap, dan 3 persen melalui skema cash keras.
Peningkatan porsi KPR ini menunjukkan peran perbankan masih sangat dominan dalam mendukung pembelian rumah.
BACA JUGA:Viral Gerakan 'Gagal Bayar Pinjol', OJK Ingatkan Risikonya
Disamping itu, pertumbuhan kredit perumahan juga melambat. Pada triwulan II-2025, KPR hanya tumbuh 7,14 persen (yoy), turun dari 9,01 persen pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan melemahnya penjualan properti di pasar primer.
Untuk mendorong pasar perumahan dan sektor real estate, Bank Indonesia menegaskan komitmennya memperkuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM).