Proyek Durian DLH Kubar Bermasalah, Aheng: Jangan Tutupi dengan Alasan Swakelola

Minggu 17-08-2025,07:49 WIB
Reporter : Eventius Suparno
Editor : Tri Romadhani

Aheng menegaskan, lahan miliknya tetap digarap, meski DLH berkilah bahwa koordinat lahan berbeda dan berjarak 4 kilometer.

“Itu alasan klasik. Kalau yakin benar, mari kita turun bersama-sama cek batasnya. Jangan cuma bicara di atas meja. Nyatanya di lapangan, lahan warga tetap dipakai,” ucap Aheng.

Ia mengaku sudah berkali-kali mencoba menghubungi Kepala DLH, namun tidak pernah mendapat respons.

“Saya sudah telepon, hubungi berkali-kali, tapi tidak pernah dijawab. Tapi di media beliau bisa bicara panjang lebar. Jadi posisi pemilik lahan yang dirugikan ini dianggap tidak penting,” keluhnya.

BACA JUGA : Pawai Obor Meriahkan HUT RI ke-80 di Melak, Nyala Api Hangatkan Kebersamaan Warga

Lebih jauh, Aheng mengungkap adanya dugaan tekanan dari pihak aparat agar dirinya mencabut laporan.

Ia mengaku dihubungi dan diminta menghadap ke Humas Polda di Balikpapan.

“Saya ditelpon, disuruh cabut laporan. Saya bilang tidak akan. Saya tidak akan mencabut laporan kecuali semua kelompok tani dan DLH bertemu saya secara terbuka, minta maaf langsung. Kalau tidak, saya siap bersaksi kapan saja demi kepentingan negara,” tegasnya.

Bagi Aheng, tekanan semacam itu justru memperkuat dugaan bahwa ada sesuatu yang ingin ditutupi.

“Kalau proyek ini benar, kenapa harus ada tekanan agar laporan dicabut? Itu jelas aneh,” katanya.

Aheng mendesak agar penggunaan anggaran proyek ini segera diperiksa.

Menurutnya, klaim DLH bahwa hanya Rp180 juta per kelompok tani yang cair tidak masuk akal dengan kondisi di lapangan.

BACA JUGA : Kebijakan Fiskal Presisi Jadi Fokus Kutai Barat di APBD Perubahan 2025

“Kalau memang baru Rp180 juta yang cair, lalu kenapa bisa sampai ada pengalihan lahan, pembukaan kebun baru? Dari mana dananya? Itu harus dijawab. Jangan seolah-olah semua beres padahal ada permainan,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti banyaknya bibit durian yang mati, sehingga tujuan konservasi tanah dan air yang digembar-gemborkan DLH tidak pernah tercapai.

“Lihat saja bibitnya, banyak yang mati. Jadi di mana letak keberhasilannya? Uang negara habis, hasilnya nihil,” pungkasnya.

Kategori :