Pemilihan kepala daerah di Kutai Timur (Kutim) diprediksi bakal seru akhir tahun nanti. Indikasi bahwa petahana Bupati Ismunandar dan wakilnya Kasmidi Bulang (KB) bersaing memperebutkan kursi Kutim 1, kian mendekati kenyataan. Selain keduanya, calon lain pun mulai bermunculan. Pewarta : Eko Muchlis, Sangatta Editor : Devi Alamsyah BALIHO Kasmidi Bulang yang terpampang di beberapa ruas Jalan di Kutim. Seolah sebagai penanda akan terjadi perisahan antara petahana. Dalam baliho tersebut KB tampil sendirian. Tidak lagi ada baliho mesra berdua, seperti pada awal-awal duet kepemimpinan mereka di Kutim. Pun begitu dengan Ismunandar. Sejak jauh-jauh hari sudah dimunculkan wacana dipasang-pasangkan dengan tokoh-tokoh Kutim lainnya. Sebut saja Rahmad Hidayat atau Guru Rahmad. Yang memiliki majelis taklim Guru Rahmat. Masih kader PPP. Tapi di pertengahan jalan, atas masukan tokoh agama lain, Guru Rahmad undur diri. Ingin tetap pada dunia dakwah. Kemudian muncul lagi, Habib Muhammad Baqir yang digadang mendampingi Ismunandar, nanti. Habib Baqir saat ini sebagai Ketua Dewan Syuro NU Kutim. Otomatis NU satu suara untuk mendukung Habib Baqir. Beberapa sumber Disway Kaltim menyebutkan bahwa wacana tersebut justru membuat pihak Kasmidi Bulang bertanya-tanya. Bahwa ke depan Ismu akan jalan sendiri meninggalkan sang wakil. Namun dari beberapa informasi orang dekat petahan. Wacana tersebut lebih tepatnya sebagai drama tes ombak. Ketika itu, Mahyunadi dikabarkan akan maju dengan menggandeng H Muhammad Suhaimi. Disingkat Madani (Mahyunadi-Suhaimi). Padahal, Suhaimi dulunya adalah orang dekat Ismunandar. Akan tetapi pasangan tersebut sudah kandas di tengah jalan. Selain KB, muncul juga penantang baru Ismunandar. Dilihat dari konstelasi politik Kutim, diperkirakan bisa ada lima pasangan bakal calon (bacalon) yang akan berkompetisi di Pilkada Kutim 2020, nantinya. Dengan catatan petahana tidak lagi berpasangan. Dan tidak ada aksi borong-memborong perahu. Nama-nama yang mencuat, antara lain Ismunandar, Kasmidi Bulang, Mahyunadi, Ardiansyah, dan Abdal Nanang yang maju lewat jalur perseorangan. Nama-nama tersebut bukanlah orang baru di Kutim. Mereka pernah memiliki jabatan strategis di pemerintahan dan di legislatif. **** Menilik pertarungan Pilkada sebelumnya. Ketika Ismu-KB masih mesra-mesarnya. Kemenangan keduanya terbilang selisih tipis dari pasangan Ardiansyah-Alfian Aswad. Padahal saat itu, H Abdal Nanang dan Mahyunadi masih berada di kubu Ismu-KB. Jika kali ini mereka pisah dan berjalan sendiri-sendiri, maka otomatis pendukungnya akan terpecah. Justru kini Ardiansyah lah yang memiliki peluang bagus. Jika asumsi pendukungnya sama tak berubah. Kemungkinan persentase suara Ardiansyah tetap sama. Kendati, saat pemilihan anggota legislatif tahun lalu, Ardiansyah tidak lolos ke DPRD Provinsi dari Daerah Pemilihan Kutim, Berau dan Bontang. Berbicara kekuatan partai pada Pileg Kutim periode lalu. Partai pemenang, yaitu PPP dengan jumlah 9 kursi, Golkar 7 kursi, dan NasDem 5 kursi. Berkaca dari itu, jelas petahana masih berada di atas angin. Setidaknya di atas kertas. Karena kemungkinan besar PPP sebagai partai pemenang akan mengusung Ismunandar menjadi Kutim 1 lagi. Partai berlambang kakbah itu sudah bisa mengusung bakal calon sendiri. Tanpa harus berkoalisi. Syarat jumlah usungan bacalon 8 kursi. PPP surplus 1 kursi. KB juga punya potensi melenggang. Partai Golkar Kutim hanya butuh 1 kursi lagi untuk bisa mengusung pasangan calon. Namun dengan munculnya Mahyunadi, kemungkinan basis pemilih KB terpecah. Keduanya sama-sama kader Golkar Kutim. Kabarnya Mahyunadi kini tengah mendekati PDIP sebagai perahu pencalonannya. Soal dukungan itu, Ketua DPD PDIP Kaltim Safaruddin masih belum memastikan rekomendasi ke Mahyunadi. Pun begitu dengan rekomendasi DPP PDIP tahap 1. Mahyunadi belum disebutkan sebagai bacalon yang akan diusung partai berlambang kepala banteng itu. Safaruddin juga mengakui ada pertemuan dengan Mahyunadi. Namun soal sikap dan dukungan partai, menunggu hasil survei. “Kemarin memang saya ketemu (Mahyunadi) di Samarinda. Ya beberapa calon-calon kan juga ketemu dengan saya,” imbuhnya. Pertemuan keduanya itu, ramai dibicarakan di media sosial. Mahyunadi melalui akun Facebook-nya (Mahyunadi Zangata), mengunggah foto pertemuannya dengan mantan Kapolda Kaltim tersebut. Partainya, lanjut Safaruddin, belum menentukan pilihan atau dukungan ke siapapun. Termasuk ke Mahyunadi. --- Grafis Pilkada Kutim ---- Berhitung Kekuatan Partai Politik di Kutim: - PPP : 9 kursi - Golkar : 7 kursi - NasDem : 5 kursi - PDIP : 4 kursi - Demokrat : 4 kursi - Gerindra : 3 kursi - PAN : 3 kursi - PKS : 2 kursi - Berkarya : 2 kursi - PKB : 1 kursi Jumlah Kursi : 40 kursi Sayarat Mengusung Bacalon: 8 Kursi KLAIM UNGGULI PETAHANA Mahyunadi memutuskan akan bertarung pada Pilkada Kutim tahun ini bermodal pemilih fanatik. Berdasarkan survei tahun 2015. Yang mencapai 19 persen suara. Yang tidak akan beralih ke orang lain. Hasil survei itu dibuktikan pada Pemilihan DPRD Kaltim 2019. Ia bertarung hanya bermodal kalender, brosur, dan baju. Tanpa serangan fajar. Suara anak ketiga dari H Mansur Mante itu hampir 19 ribu. Hasil survei baru-baru ini memperlihatkan elektabilitas Mahyunadi mencapai 20 persen. Mengungguli petahana. “Angka pemilih fanatik itulah modal dasar saya. Untuk memberanikan diri maju. Sebagai calon Bupati Kutai Timur,” ungkap Mahyunadi, belum lama ini di kediamannya. Ia menegaskan, pada awalnya dirinya tidak terlalu berambisi untuk maju di Pilkada Kutim. Hal itu lantaran sudah merasa cukup dan nyaman bertugas di provinsi. Sebagai wakil rakyat dari Dapil Bontang, Kutim, dan Berau. Namun, banyak dorongan besar datang dari masyarakat Kutim. Berharap adik kandung Mahyudin ini maju pada Pilkada Kutim. Melihat harapan masyarakat itu, Unad sapaan akrab Mahyunadi, mulai terbuka hatinya. Salah satu langkah nyatanya yakni mendaftarkan diri ke beberapa partai politik yang membuka penjaringan. “Saya maju lewat jalur partai. Saya juga bisa pastikan di bulan Februari saya punya perahu yang cukup delapan kursi. Ada dua partai dengan masing-masing empat kursi. Dari calon wakil didorong empat kursi dan saya juga didorong empat kursi dari partai penguasa saat ini,” ujar Mahyunadi. Rekomendasi dari dua partai politik itu belum di tangannya. Namun pengurus partai di tingkat daerah hingga pusat sepakat mengusungnya. Mahyunadi memastikan, dukungan dua partai ini didapatkan tanpa mahar. Semata melihat profesionalisme dan keinginan yang sama. Membangun Kutim yang lebih baik dan maju. Terkait pendampingnya, Mahyunadi menyebut sekira tujuh orang sudah melakukan komunikasi dengannya. Namun, dari komunikasi politik yang dibangun, tokoh yang paling cocok sebagai pendampingnya adalah Ordiansyah. Komunikasi keduanya disaksikan oleh anggota DPR RI Irwan serta Wakil Ketua DPD RI Mahyudin. Meskipun sudah berjabat tangan, tak menutup kemungkinan nama pendampingnya berubah. Hal itu terjadi lantaran mereka masih menunggu rekomendasi resmi dari partai. Terkait jabatannya saat ini sebagai anggota legislatif provinsi, Mahyunadi mengaku siap mundur. **** Informasi yang beredar di masyarakat luas, Mahyunadi bersama calon wakilnya akan menunggangi perahu PDIP dan Demokrat. Sementara Ardiansyah bersama calon wakilnya membawa PKS, Gerindra, dan PAN. Jika petahana pecah kongsi. Kasmidi Bulang bersama calon wakilnya akan membawa PKB, dan Berkarya. Sedangkan Ismunandar bersama calon wakil membawa NasDem dan PPP. Namun, formasi ini bisa saja berubah sewaktu-waktu. Sebelum ada penetapan di KPU semuanya masih memungkinkan. PETAHANA BIMBANG Para bakal calon incumbent Ismunandar dan Kasmidi Bulang, hingga saat ini secara resmi belum mendeklarasikan perpisahan meraka. Masyarakat masih bertanya-tanya soal itu. Kendati di satu sisi banyak foto baliho Kasmidi Bulang seorang diri. Bertebaran di setiap kecamatan dan desa yang ada di Kutim. Itu dianggap masyarakat sebagai isyarat Ismu-KB “pisah ranjang”. Ismunandar sendiri sudah memiliki 14 kursi. Itu semua dari NasDem 5 kursi dan PPP dengan 9 kursi. Hal ini dapat dipastikan karena yang mendaftar penjaringan bacalon bupati di kedua partai tersebut, satu-satunya hanya Ismunandar. Terlebih di NasDem, Ismunandar sebagai pembina. Sedangkan di PPP ada Hj Encek UR Firgasi. Saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kutim dan juga Ketua DPC PPP Kutim. Berdasarkan jumlah kursi Ismu sudah di atas angin. Terpisah, KB kalaupun nantinya pisah dengan Ismunandar. Dirinya menggakui tidak akan jadi penonton. Seperti yang disampaikan kepada Disway Kaltim. Dirinya sudah punya perahu. Tinggal tambah 1 kursi lagi sudah bisa mendaftar ke KPU Kutim. KB juga sebagai Ketua Partai Golkar Kutim. Ia adalah anak dari orang tua tokoh masyarakat di Sangatta, yaitu H Bulang. Tentunya massa beliau sudah tidak diragukan lagi. **** Penantang lainnya adalah H Sayid Abdal Nanag Al Hasani mulai awal sangat konsisten untuk maju lewat jalur perseorangan. Bahkan dirinya juga tidak butuh lama untuk mendapatkan pendamping calon wakilnya. Rusmiati. Mantan Ketua KPU Kutim. Juga seorang dosen. Rusmiati satu-satu calon wakil dari kaum hawa di antara beberapa pasangan calon yang beredar di masyarkat. Hal ini diharapkan Abdal Nanang bisa menggerek pemilih dari kaum hawa. Tak hanya itu, Rusmiati diharapkan bisa membawa pemilih suku jawanya. Keseriusan Abdal dan Rusmiati (ABDI) telah dibuktikan dengan menyerahkan syarat dukungannya ke KPU Kutim pada Sabtu (22/2) lalu. (*) ----- GRAFIS 2 ---- Prediksi Bacalon dan Perahu Ismu : PPP, NasDem Kasmidi Bulang : Golkar, PKB, Berkarya Mahyunadi : PDIP, Demokrat Ardiansyah : PKS, PAN, Gerindra Abdal Nanang : Independen Ismu Yakin Masih Bisa Menang MENAIKI dua perahu Partai NasDem dan PPP Kutim, sudah cukup bagi seorang Ismunandar untuk maju pada Pilkada 2020. Pada Pilkada mendatang, Ismu akan melanjutkan kembali program-program kebutuhan dasar masyarakat, seperti infrastruktur dan pembangunan dari desa ke desa. Hal ini diyakini Ismu. Ketika beberapa kali turun langsung ke-18 kecamatan dan desa-desa yang ada di Kutim. Hampir 80 persen menginginkan agar Ismu melanjutkan program yang langsung mengena ke masyarkat tersebut. “Sekarang ini kan, saya harus melihat dan melakukan survei. Setelah saya turun ke lapangan, rupanya sebagian masyarkat masih belum memahami pembangunan yang ada saat ini. Tapi setelah diberi pemahaman terkait pembangunan dasar, kesehatan, pendidikan yang saat ini kami lakukan, baru masyarakat memahami. Bagaimana saya memberikan semua yang dibangun itu adalah kebutuhan dasar,” jelasnya kepada Disway Kaltim. Menurut Ismu, masyarakat paham bagaimana ia memperjuangkan agar PLN itu bisa sampai ke desa-desa. Kemudian bagaimana memperjuangkan kebutuhan air bersih. “Sebagaimana kita bisa lihat keadaan Sangatta dan 18 kecamatan di Kutim sekarang,” ujarnya. Setelah melihat antusiasme warga di desa-desa itulah yang membuat dirinya yakin maju lagi. Dan yakin akan menang. Tapi di balik keyakinan itu Ismu pun tetap percaya takdir Allah. Supaya tidak menjadi takabur. Kini Ismu tidak terlalu pusing dengan mencari perahu untuk mengusung dirinya. Cukup dua perahu sudah bisa mendaftar di KPU Kutim. “Tanpa keliling mencari perahu, Insya Allah saya suah memiliki perahu untuk maju,” ujarnya. Ditanya terkait koalisi, Ismu menerangkan bahwa dirinya akan menghidupkan demokrasi di Kutim. Jika ada partai yang memberikan rekomendasi kepada pasangan lain untuk maju di pilkada Kutim, tidak jadi masalah. “Karna prinsip saya tidak boleh juga menjadi serakah. Jika diberikan untuk kawan lain, ya mari maju bersama-sama. Justru itu lebih baik lagi, karna saya juga ingin memajukan demokrasi di Kutim ini, bukan untuk monopoli,” terang Ismu Lebih dalam, secara finansial dalam menghadapi Pilkada ini Ismu sudah siap. “Kedua partai yang mengusung saya ini memastikan tanpa mahar. Itu artinya ada dana yang saya persiapkan untuk strategi yang lain. Kedua, dipikir adalah dana-dana saksi saja. Persiapan Baleho pun saya belum buat. Karena kita harus berhemat, yang pasti secukupnya saja”. Terkait pendamping. Ismu mengakui masih melakukan survei dan istikharah. Nanti bakal kelihatan kalau sudah daftar di KPU Kutim. “Saya lihat wakil saya saat ini sudah bikin baleho sendiri. Saya kan belum. Jadi siapa yang meninggalkan, nanti kita tahu. Saya kan belum ada pasang baliho, saya kaget lihat di Karangan dan di beberapa titik kecamatan. Nah, mungkin beliau ini mau maju sendiri kan begitu,” papar Ismu. Menurut hasil survei yang digelar PDIP, Ismu masih masih di atas. “Kalau saya yang buat survei namanya tidak objektif. Ya saya pakai saja surveinya PDIP, itukan objektif, karena itukan dari partai dia sendiri. Walaupun belum ada pasang baliho survai saya masih di atas,” imbuhnya. (*)
Isyarat Ismu-KB Pisah
Rabu 04-03-2020,02:16 WIB
Editor : Benny
Kategori :