Justru, menurutnya, praktik seperti ini semestinya menjadi standar baru dalam efisiensi pengadaan pendidikan.
BACA JUGA: Sekolah Terpadu Kota Samarinda Siap Beroperasi, Tes Masuk Tahap Kedua SMA Digelar 12 Juli
“Selama ini kita terlalu bergantung pada buku cetakan luar. Padahal bisa kita cetak sendiri. Kita perlu ubah pola pikir, dari konsumtif ke produktif,” katanya.
Selain buku, bantuan juga diberikan dalam bentuk seragam dan perlengkapan sekolah bagi siswa dari keluarga tidak mampu.
Namun, bantuan ini diberikan secara selektif untuk menghindari ketergantungan yang tidak sehat.
“Kita hanya berikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Jangan sampai prinsip bantuan sosial malah membuat masyarakat enggan mandiri,” ujar Andi Harun.
BACA JUGA: Sekolah Dilarang Jual Pakaian Seragam, Kadisdik Wilayah IV Kubar-Mahulu Pastikan Pengawasan
BACA JUGA: Eks Kepala Sekolah SMAN 10 Samarinda Pertanyakan SK Pemberhentian Dirinya
Peluncuran program di SD 017 Palaran dipilih bukan tanpa alasan.
Ia ingin menyoroti sekolah-sekolah di wilayah penyangga yang masih kekurangan fasilitas.
Di lokasi tersebut, beberapa ruang kelas masih berupa bangunan kayu dan halaman sekolah belum memenuhi standar keamanan.
“Biasanya acara semacam ini digelar di sekolah yang sudah representatif. Tapi saya ingin melihat langsung kondisi yang masih jauh dari ideal,” tuturnya. Ia memastikan bahwa DED (Detail Engineering Design) pembangunan sekolah tersebut akan disiapkan tahun ini, dan fisiknya akan dibangun tahun depan.
BACA JUGA: Kurangi Beban TPA, Pemkot Samarinda Dorong Pengelolaan Sampah Berbasis Permukiman
BACA JUGA: Varia Niaga Kelola Teras Samarinda, Apa yang Berubah?
Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya Pemkot Samarinda untuk menghadirkan layanan pendidikan yang merata, inklusif, dan efisien, sejalan dengan komitmen memperkuat investasi sumber daya manusia di daerah penyangga Ibu Kota Nusantara ini.