Nantinya, sebanyak 38 guru TIK akan mengikuti pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh Lembaga Pelatihan dan Diklat (LPD) Juli Cintrawan Robotik.
“Data peserta kami terima langsung dari pusat, jadi kami mengikuti daftar yang sudah ditetapkan,” katanya.
Emy juga memastikan bahwa sebagian besar SMP di Kukar, baik negeri maupun swasta, sudah memiliki perangkat Chromebook yang menjadi alat utama dalam pembelajaran digital.
“Hampir semua sekolah sudah dilengkapi, khususnya sekolah yang menjadi bagian dari program digitalisasi,” jelasnya.
BACA JUGA: China Terdepan Lagi, DeepSeek, Startup Teknologi AI Guncang Pasar Saham Amerika
Emy menjelaskan bahwa coding dan AI merupakan bagian tersendiri dari program ini.
Sementara deep learning difokuskan pada peningkatan mutu pembelajaran secara menyeluruh.
“Kalau coding itu lebih teknis ke pemrograman. Sedangkan pembelajaran mendalam menyentuh aspek metodologi dan pendekatan belajar siswa yang lebih aktif dan bermakna,” ungkapnya.
Hal ini selaras dengan akselerasi sekolah rujukan Google di Kukar.
BACA JUGA: Mendikdasmen Abdul Mu’ti Usung Konsep Deep Learning, Apa Bedanya dengan Kurikulum Merdeka?
Ia mendukung implementasi digital di ruang kelas, Kukar juga telah memiliki 16 sekolah yang ditetapkan sebagai Kandidat Sekolah Rujukan Google (KSRG).
Mereka dipilih karena memenuhi sejumlah persyaratan teknis dan berkomitmen menggunakan teknologi secara aktif.
“Jumlah kandidat KSRG sekarang bertambah dua sekolah, dari sebelumnya 14 menjadi 16 sekolah,” ungkap Emy.
Di antara sekolah tersebut adalah SMPN 1, 2, dan 3 Tenggarong; SMPN 10 dan 6 Loa Kulu; SMPN 7 Muara Badak; SMPN 1 Sebulu; serta beberapa lainnya hingga ke SDN 005 Sanga Sanga.
BACA JUGA: Sekolah Dilarang jual Pakaian Seragam, Kadisdik Wilayah IV Kubar-Mahulu Pastikan Pengawasan
Agar dapat lolos sebagai KSRG, sekolah wajib memiliki perangkat Chromebook, guru bersertifikat Google Workspace for Education (GWE) level 1, dan rutin memanfaatkan tools GWE dalam proses belajar mengajar.