Beroncong Khas Bugis yang Makin Langka, Pertahankan Rasa Lama di Tengah Serbuan Kuliner Modern

Minggu 08-06-2025,16:52 WIB
Reporter : Salsabila
Editor : Baharunsyah

Beroncong Baharuddin dikenal memiliki tekstur khas yang garing di luar, lembut dan padat di dalam. Rasa manisnya tidak mencolok, justru membuatnya cocok disantap berulang kali.

Serabinya pun tak kalah istimewa, dimasak di atas loyang bundar yang memberikan pinggiran renyah namun tengahnya tetap empuk.

"Banyak yang bilang rasanya beda dari yang lain. Saya juga nggak tahu bedanya apa, tapi mereka bilang lebih gurih, ukurannya juga besar. Harganya cuma Rp2.500, masih standar lah karena kelapa sekarang mahal," katanya sambil membalik beroncong yang sudah matang.

BACA JUGA:Pasar Kebun Sayur Dirancang Jadi Simpul Ekonomi Baru Penyangga IKN

BACA JUGA:GI Tempadung Aktif, PLN Siap Suplai 140 MVA untuk Smelter Nikel di Balikpapan

Gerobaknya biasa ia dorong ke dekat Jalan Manuntung, persis di samping pasar. Di sana, ia menetap hingga sore. Kadang juga keliling di sekitar pasar Inpres.

Meski tidak punya tempat permanen, para pelanggannya tahu di mana bisa menemukan jajanan ini. Hanya pada hari Jumat, Baharuddin memilih untuk libur.

"Sekali-sekali istirahat, tapi biasanya Sabtu sampai Kamis saya ada di sini," ucapnya.

Berjualan serabi dan beroncong bukan hanya tentang mencari nafkah. Ada semangat menjaga rasa dan warisan kuliner dalam tiap loyang yang ia angkat.

Di tengah gempuran makanan modern yang cepat berubah tren, jajanan seperti ini jadi semacam pengingat bahwa rasa lama tak pernah benar-benar usang.

"Jarang yang jual sekarang. Makanya saya coba munculkan lagi. Biar orang ingat kalau dulu itu ada makanan begini. Masih ada yang jual, masih bisa dirasakan," ujarnya.

Baharuddin bahkan menawarkan hasil karyanya kepada siapa pun yang ingin membandingkan rasa.

BACA JUGA:Sapi Presiden 'Madukoro' Tiba di Masjid Tertua Balikpapan, Warga Kampung Baru Geger!

BACA JUGA:Pemkot Balikpapan Siapkan Raperda Penataan Gudang, Tekankan Syarat Lingkungan dan Tata Ruang

"Coba saja rasain, beda loh sama serabi atau beroncong lain," ungkapnya dengan penuh yakin,  tanpa membanggakan diri.

Bagi sebagian orang, camilan ini hanya sekadar pengganjal lapar. Namun bagi Baharuddin, setiap adonan yang ia tuang merupakan bagian dari cerita hidupnya mulai dari sopir angkot, penjual sayur, hingga penjaga rasa dalam loyang kecil yang sederhana.

Kategori :