Warga Korban Longsor di Batuah Protes ke Kantor Gubernur, Ajukan 4 Tuntutan

Senin 02-06-2025,19:59 WIB
Reporter : Mayang Sari
Editor : Didik Eri Sukianto

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Puluhan massa aksi dari Aliansi Pemuda Tani Jaya Bersatu, Kukar, menggelar demonstrasi di depan gerbang Kantor Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (2/6/2025) siang.

Mereka adalah warga yang berasal Desa Batuah, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim dan didukung oleh mahasiswa di Kota Samarinda.

Mereka menuntut pemerintah provinsi untuk segera bertindak dan mencari solusi atas bencana longsor yang telah menghancurkan 20 rumah, berdampak pada 28 Kepala Keluarga (KK), dan total 88 jiwa dalam lima bulan terakhir.

Salah satu warga korban longsor, Rosfanawati (43) mengungkapkan, selama lima bulan terakhir, kehidupannya bersama warga setempat berubah drastis.

BACA JUGA: 21 Rumah Warga Terdampak Longsor di KM 28 Jalan Poros Samarinda-Balikpapan

BACA JUGA: Polres Kukar Peringatkan Truk Agar Tidak Melintasi Jalur Longsor di Loa Janan, Kutai Kartanegara

Dia bersama empat anaknya sudah lebih dua pekan meninggalkan rumah yang kini nyaris roboh dan hanya tinggal di tenda darurat. Tanah yang terus bergerak membuat rumah-rumah di sekitarnya tak lagi aman untuk ditinggali.

"Sekarang jadi tidur bersama anak-anak di posko yang kasurnya di tanah, didirikan gotong royong warga setempat. Awalnya itu Januari 2025, lantai dapur saya mulai retak. Kami pikir cuma biasa, ternyata makin parah. Rumah kami sudah runtuh, tempat tidur kami sudah tidak ada," ungkap Wati.

Dia pun memberanikan diri pergi menyuarakan keluh kesahnya meminta agar Pemprov Kaltim dapat memberikan bantuan. Terutama, membantu proses ganti rugi pembebasan lahan, hingga menyediakan hunian sementara untuk mereka dapat tinggal secara aman.

"Kami mohon perhatian pemerintah kepada kami. Kami ingin menuntut pembebasan lahan dari pihak perusahaan BSSR untuk bertanggung jawab atas bencana ini, kami ingin pembebasan lahan," ujarnya.

BACA JUGA: Seno Aji Siapkan Rumah bagi Korban Longsor Samarinda

BACA JUGA: Dua Korban Terakhir Bencana Tanah Longsor di Lempake Ditemukan Meninggal di Kamar

Sementara itu, perwakilan Aliansi Rakyat Tani Jaya Bersatu, Romy Hidayatullah mengatakan, tanda-tanda kejadian longsor ini telah terlihat sejak Januari 2025 lalu. Bencana ini bukan datang tiba-tiba, melainkan diawali dengan retakan-retakan tanah yang terus membesar.

"Bahkan sebelum curah hujan tinggi, saat itu rumah warga sudah mulai retak. Awalnya cuman empat rumah lalu bertambah jadi 14 rumah dan sekarang sudah 20 rumah terdampak," ujarnya.

Dijelaskan Romy, bencana itu terjadi dalam tiga fase. Fase pertama pada 24 Januari 2025, saat enam rumah mulai retak meski curah hujan belum tinggi.

Kategori :