PASER, NOMORSATUKALTIM - Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kabupaten Paser mencatat sebanyak 20 ekor sapi di Kecamatan Tanah Grogot terpapar penyakit Lumphy Skin Disease (LSD) atau cacar.
Lumpy Skin Disease adalah penyakit virus yang menyerang hewan ternak, disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). LSDV adalah salah satu virus seperti cacar hewan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Disbunnak Paser, Alhabib mengatakan, Kabupaten Paser merupakan daerah pertama di Kalimantan Timur (Kaltim) yang terpapar virus LSD.
Virus eksotik yang masuk ke Indonesia pada 2022 lalu, katanya, saat ini sudah menyebar di Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Selatan (Kalsel).
BACA JUGA: MUI Paser Usul Pembangunan Gedung Islamic Center
BACA JUGA: Pemkab Paser Siapkan Solusi Atasi Kekurangan Akomodasi Peserta Porprov
Sehingga, virus begitu cepat menyebar karena Kabupaten Paser sebagai wilayah perbatasan antara Kaltim dan Kalsel.
“LSD pertama masuk ke Kaltim di Paser. Sama seperti PMK karena kita perbatasan. Indikasi dari Kalsel. Yang ada terdampak informasi di Kecamatan Tanah Grogot,” kata Alhabib, Kamis (23/1/2025).
Untuk mengantisipasi penyebaran virus pada hewan ternak, Disbunnak Paser menyiapkan sebanyak 4.800 dosis vaksin.
Proses vaksinasi saat ini tengah berjalan, termasuk dilakukan pembersihan kandang dan sterilisasi petugas serta peternak. Vaksinasi ditarget bisa selesai hingga Februari.
BACA JUGA: Akurasi Data Masyarakat Miskin Dinilai Penting untuk Tekan Angka Kemiskinan
BACA JUGA: 1.127 Honorer PPU Bisa Diangkat jadi PPPK Paruh Waktu, Intip Jumlah Gajinya
Untuk puluhan sapi terdampak penyakit LSD, dipastikan diisolasi guna mencegah penyebaran virus yang bisa saja terjadi melalui gigitan lalat dan kotoran hewan.
“Diisolasi jangan sampai menyebar, karena bisa menular melalui gigitan lalat. Virus itu juga menyebar, misal pemiliknya menginjak kotoran ternak yang terkena, kemudian tidak mengganti alas kaki, itu bisa menyebar ke kandang lain,” ujarnya.
Pengobatan pada ternak terdampak dilakukan dengan pengobatan simptomatik, yakni penanganan gejala demam pada ternak dengan diberikan obat demam, anti alergi, dan vitamin.
"Penyakit tersebut bisa disembuhkan dan dagingnya tetap bisa dikonsumsi setelah tiga minggu dinyatakan sembuh melalui tahapan isolasi," pungkasnya.