Punya Misi Khusus Mengenalkan dan Mengembangkan Budaya Kaltim

Jumat 24-01-2020,16:47 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kheyene Molekandella Boer dan Bisnis Kain Khas Kaltim   Kheyene Molekandella Boer mengaku mencintai batik Kaltim sejak kecil. Terlahir dari ibu yang seorang penjahit, membuat Khey, sapaan akrabnya, terbiasa menyentuh kain batik khas daerah ini. Khajjar Rohmah, Samarinda.==============================================================   "Saya ini kan lahir dari keluarga penjahit. Dan ibu saya memang suka dengan hal-hal yang berbau etnik," katanya saat berbagi kisah dengan Disway Kaltim, Rabu (22/1). Saat menempuh pendidikan magister di Universitas Diponegoro Semarang. Khey biasa membawakan batik Kaltim untuk oleh-oleh. Karena banyak yang tertarik, akhirnya Khey menjualnya kepada teman-teman kelas. "Mereka bilang, kok batiknya bagus Khey ? Batik mana ? Jadi memang batik Kaltim ini ada daya tariknya," kata dosen yang mengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unmul ini. Dibandingkan dengan batik dari Jawa, batik Kaltim memang memiliki warna yang lebih berani dan colorfull. Ditambah dengan motif-motif khas Kaltim. Seperti akar mangrove, beruang madu, burung enggang, dan pesut mahakam. Kemudian pada 2016, Khey mulai mendirikan UMKM yang menjual kain batik Kaltim. Selain itu, khey juga menjual kain tenun khas Dayak Benuaq, Ulap Doyo. Ulap Doyo dulunya digunakan oleh masyarakat Dayak Benuaq untuk menunjukkan kasta. Ulap Doyo asli  ditenun dari serat daun doyo. Namun kini, sudah banyak dimodifikasi. Khey mengaku orientasi usahanya bukan untuk bisnis semata. Ia memiliki misi khusus untuk memperkenalkan dan mengembangkan budaya Kaltim. "Saya ingin memperkenalkan Kaltim tuh, punya produk-produk yang cantik seperti ini," ujarnya. Selain kain, Khey juga menjual produk siap pakai, outer Ulap Doyo yang ia desain sendiri. Outer Ulap Doyo menjadi produk unggulan dan paling dicari oleh pelanggan. "Kebetulan penjahitnya keluarga sendiri. Jadi kami pakai jasanya. Karena kan masih UMKM jadi belum punya modal untuk cari pekerja," keluhnya. Koleksi kain batik yang dijual beragam. Ada yang ia beli dari orang untuk dijual lagi. Ada juga batik tulis yang ia desain sendiri. Untuk kemudian diproduksi di Jawa karena biaya produksi yang lebih murah. "Karena di sini cost-nya mahal. Kalo di Jawa saya bisa nekan biaya produksi. Sehingga saya dijual lagi ke konsumen dengan harga yang lebih murah," tuturnya. Kedepan Khey ingin dapat memproduksi batik tulis sendiri. Ia mengaku sudah mulai menyicil untuk mengumpulkan alat-alatnya. Kemudian akan membentuk kursus batik tulis bersama para penggiat UMKM. Sementara untuk Ulap Doyo, Khey membeli sebagian dari pengrajin Ulap Doyo Kaltim. Dan sebagian lagi ia pasok dari Jepara. Khey mengaku karena produksi tenun Ulap Doyo di Kaltim masih terbatas. "Mereka memproduksinya by order juga. Jadi nggak banyak," ujar perempuan berdarah Padang-Jawa ini. Khey memasarkan produknya secara online melalui Instagram. Ia juga membuka mini galeri di rumahnya di Jalan Pakis Nomor 280, Samarinda. Selain itu, Khey juga sering membuka ekspo dalam acara pameran. Pelanggannya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti Jogjakarta, Jakarta, Padang, dan Mataram. "Antusias pasarnya besar. Baik dari Kaltim dan luar Kaltim. Bahkan ada yang datang dari Jakarta cuma untuk beli Ulap Doyo," tuturnya. Harga untuk kain Ulap Doyo berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 170 ribu per dua meter. Sedangkan dalam bentuk outer dibanderol seharga Rp 175 ribu hingga Rp 250 ribu. Sementara harga untuk kain batik Kaltim berbahan katun halus senilai Rp 140 ribu per dua meter. Dan batik tulis seharga Rp 600 ribu per dua meternya. Khey menyebut bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 4-5 juta per bulan. Dan Rp 6-7 juta dalam sekali pameran. "Event-event ekspo Itu yang bikin banyak orang tahu. Meski cuma 3-5 hari tapi itu yang bikin orang datang," sebutnya. Tahun ini, Khey ingin memproduksi tas jinjing ramah lingkungan dengan desain etnik khas Kaltim. Dalam rangka mendukung program zero plastic dari pemerintah. Serta produksi hijab printing bergambar pesut dan beruang madu. "Inovasi dua produk itu yang ingin saya kembangkan," katanya. Dalam jangka panjang, Khey juga ingin membangun industri kreatif dan pusat galeri oleh-oleh khas Kaltim. "Itu mimpi besar saya yang belum tercapai," pungkasnya. (eny)

Tags :
Kategori :

Terkait