Rumah Seni Nirmana: Social Entrepreneur yang Lahir dari Keresahan

Kamis 23-01-2020,16:24 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Sophie (kedua kiri) bersama peserta kelas sulam memamerkan hasil karya mereka. (Hafizh/DiswayKaltim) Memasyarakatkan Seni, Menghidupkan Kantong-Kantong Budaya di Balikpapan Minimnya ruang-ruang belajar seni, serta anggapan bahwa seni merupakan hal mewah di masyarakat jadi landasan lahirnya Rumah Seni Nirmana. Adalah Sophie Razak, perempuan asli Balikpapan sebagai pelopor dan pegiatnya. Ariyansah, Balikpapan Rumah Seni Nirmana. Begitu namanya. Dibentuk Sophie Razak dan dua kawannya. Sandy Rizaldi dan Wisnu Lubis. Bagian dari Balikpapan Art Foundation. Dikembangkan dengan misi memasyarakatkan seni, menghidupkan kantong-kantong diskusi. "Rumah Seni Nirmana, sebagai alternatif-alternatif pembelajaran di luar sekolah. Lebih ke pelatihan soft skill. Keahlian tambahan," kata Sophie Razak, project manager Rumah Seni Nirmana saat ditemui di kantornya, Jalan PU III, RT 19 Kelurahan Prapatan, Minggu (19/1). Di rumah seni ini, pelatihan-pelatihan berkaitan seni digelar. Mulai dari kelas merajut, kelas menulis hingga kelas maestro. Terbaru, pada Sabtu (18/1) sampai Minggu (19/1) lalu, rumah seni ini menggelar kelas Sulam Tumpar. Sulam Tumpar, sebagai salah satu budaya lokal Dayak Benuaq Kaltim. Dalam kelas itu, peserta diajari cara menyulam, teori dan praktik. Dengan dikenakan biaya pendaftaran. "Saya buka kelas sejak dua tahun lalu. Dulu rumah seni ini di Jalan Indrakila, Balikpapan Utara. Sekarang pindah ke sini (Jalan PU III). Kelasnya, tiap Minggu. Akhir pekan. Tiap pekan itu, beda-beda kelasnya. Ada merajut, kelas menulis, kelas acting. Enggak nentu tiap Minggunya. Intinya, lebih kepada pengayaan literasi," jelasnya. Setiap kelas, lanjut Sophie, peserta dikenakan biaya pendaftaran. Sebagian biaya pendaftaran diberikan ke mentor, pelatih dalam setiap kelas yang dibuka. Tujuannya, agar para mentor, selain berbagi ilmu, juga mentor yang bersangkutan menerima penghasilan dari situ. Biaya pendaftaran, dipatok sesuai alat dan bahan serta tingkat kesulitan.  "Kalau Balikpapan Art Foundation, nirlaba. Kalau kelas di Rumah Seni Nirmana ini, itu pasang biaya pendaftaran. Rumah Seni Nirmana ini, jenis usaha social entrepreneur. Sebagian pendapatan dari biaya pendaftaran, diberikan ke mentor. Bahwa dari seni, kita bisa hidup," imbuhnya. Namun demikian, meski memasang biaya administrasi dalam setiap kelas, bukan berarti rumah seni tersebut hanya berorientasi pada keuntungan semata. Penekanannya, Rumah Seni Nirmana lahir guna menjawab keresahan atas kurangnya wadah pelatihan seni dan menciptakan ruang seni di Balikpapan. "Memasyarakatkan seni. Karena seni itu saat ini bagai barang mewah. Padahal seni itu kan ada di masyarakat itu sendiri. Minimnya ketersediaan ruang-ruang kreatif adalah indikasi berkesenian di Balikpapan belum memiliki nilai tawar yang kuat dalam industri kreatif. Itu yang jadi keresahan kami," tutur Sophie. Secara umum, Rumah Seni Nirmana terbuka sebagai ruang pembelajaran bersama untuk berkesenian melalui kelas-kelas kreatif, lokakarya, ruang pamer, kolaborasi, diskusi publik, serta agenda pengayaan literasi lainnya. Secara berkelanjutan akan membangun kondusifitas dan sinergi untuk membentuk pasar yang bergerak positif bagi para pekerja seni di Balikpapan. "Rumah Seni Nirmana akan senantiasa membantu menyalurkan hobi, meluapkan kegemaran, belajar bersama dan tentunya berbagi cerita seru mengenai keseharian dengan sederhana," kata Sophie, yang juga salah satu jurnalis di Balikpapan. "Berkesenian di Balikpapan memiliki nilai tawar yang kuat dalam persaingan industri kreatif," tambahnya. (eny)

Tags :
Kategori :

Terkait