Makam Tiongkok di Tengah Pemukiman

Sabtu 18-01-2020,11:36 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Kuburan Tiongkok di tengah pemukiman warga di RT 38 Kelurahan Prapatan Balikpapan Kota. (Andrie/Disway) === Balikpapan, Diswaykaltim – Kota Beriman tak lepas dari sejarah dan peradaban. Hingga kini bukti nyata sejarah tersebut masih ada. Salah satunya makam Tiongkok di RT 38 Kelurahan Prapatan, Balikpapan Kota. Di kawasan ini dulunya dikenal dengan makam Tiongkok. Namun sejak 1992, secara bertahap makam-makam tersebut mulai dipindahkan ke kawasan Kilometer 15. Penjaga kuburan Tiongkok itu, Saparudin (55) menceritakan, dirinya termasuk warga lama yang tinggal di Kelurahan Prapatan. Ia lahir hingga memomong cucu di sana. "Wajah Prapatan sudah berubah total," ujar Saparudin, Jumat (17/1). Lanjut Saparudin, rumah-rumah yang berjejal di kawasan Prapatan dibangun di atas tulang belulang orang Tiongkok dan Belanda. Khususnya dari depan Gereja Theresia hingga di RT 38 daerah paling puncak. Sebelum menjadi pemukiman seperti sekarang, kawasan RT 38 dulunya merupakan area pemakaman warga keturunan Tiongkok. Jumlahnya ribuan dan bangunannya begitu megah. Sementara di RT 25, merupakan area kuburan tentara Belanda. Sekitar tahun 1970, ayahnya Saparudin dan pamannya bertugas sebagai juru kunci makam. Mereka juga tukang gali kubur bila ada keluarga keturunan Tiongkok meninggal dunia. "Dari kakek sampai saya menjaga ini kuburan. Katanya ini makam Bapaknya H Aliong," jelasnya. Saparudin mengaku, rumah yang ditempatinya kini, bersama tiga anaknya merupakan rumah pertama di RT 38. Dulu bentuknya hanya gubuk kayu. Ia dibuat untuk tempat peristirahatan. Namun ketika 1983, perumahan mulai muncul seiring besarnya arus transmigrasi warga dari Jawa. Mereka mulai melakukan pembangunan rumah di area kuburan Tiongkok dan Belanda dengan cepat menyebar. Saparudin mengaku tidak tahu pasti ke mana tulang belulang tentara Belanda itu dipindahkan. Menurut Saparudin, sejak pembangunan rumah kian marak, banyak warga keturunan Tiongkok yang memilih membongkar dan memindahkan kuburan leluhur mereka ke daerah Kilometer 15 Kecamatan Balikpapan Utara. Saparudin mengaku ketika usianya baru sekitar 19 tahun. Ia memanfaatkan momentum itu untuk bekerja sebagai pembongkar kuburan. Satu kuburan diupah sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Selain makam berukuran 5×6 ini, masih terdapat dua makam lain lagi yang saat ini telah dijadikan rumah oleh warga. Namun, dikarenakan keluarga dari makam tersebut tidak pernah datang sehingga terlihat seperti ditelantarkan. "Di sana masih ada dua makam. Tapi keluarganya enggak pernah datang," ujarnya. (bom/hdd).

Tags :
Kategori :

Terkait