Harga minyak atsiri di dunia juga relatif tinggi.
Bisa mencapai lebih Rp 1 juta per kilogram. Karena itu bertani atau berbisnis minyak atsiri memang sangat menjanjikan.
Banyak petani nilam yang sukses dan hidup berkecukupan.
BACA JUGA: Sehari, Pemasukan Kedai Kopi di Rest Area IKN Nusantara Tembus Rp 1,5 Juta
Menurut Myrna, pihaknya telah menggandeng para ahli di bidangnya dari perguruan tinggi di antaranya IPB untuk meriset area Bukit Tengkorak.
Hasilnya mereka merekomendasi di sana bisa dibangun hutan penghasil minyak atsiri.
Otorita IKN, kata wanita berusia 55 tahun ini, mendorong keterlibatan institusi pendidikan untuk pengembangan riset inovasi di IKN.
“Karena itu kami mengundang banyak universitas dari dalam negeri untuk terlibat bersama-sama dalam pengembangan riset salah satunya juga dengan pengembangan hutan pendidikan disandingkan dengan teknologi,” jelasnya.
Atsiri Research Center (ASR) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek Nasional untuk nilam oleh Direktorat Kelembagaan Kemenristek Dikti.
Sudah 9 produk turunan nilam dihasilkan dari ASR di antaranya parfum dan pewangi ruangan.
Bukit Tengkorak tadinya oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) PPU akan dijadikan lokasi transmigrasi lokal (Translok).
Sudah ada 100 kepala keluarga (KK) yang siap pindah ke sana. Berdasarkan SK Gubernur Kaltim, sudah ditetapkan lahan seluas 30 ribu hektare.
Tapi sejak terbitnya PP No 27 tentang Kewenangan Khusus Otorita IKN, Bukit Tengkorak masuk kawasan IKN.
“Jadi ya batal rencana translok itu. Mungkin kita cari lokasi lain,” kata Muhammad Sukadi Kuncoro, kepala Disnakertrans PPU.