Hingga saat ini, Satreskrim Polres Kukar belum bisa memberikan informasi lebih lanjut terkait apakah ada pelaku lain yang ikut terlibat dalam aksi pembakaran ini.
Mereka juga masih menggali lebih dalam untuk mengetahui motif tersangka melakukan tindakan tersebut.
Proses hukum akan dilanjutkan setelah bukti-bukti yang diperlukan terkumpul.
Dalam wawancara eksklusif yang dilakukan tim NOMORSATUKALTIM, tersangka J memberikan pengakuan mengejutkan.
Ia menjelaskan bahwa aksi pembakaran yang dilakukannya bukan hanya satu kali.
BACA JUGA : Mengapa Wajah Anak-anak Down Syndrome Selalu Mirip di Seluruh Dunia?
Menurut pengakuannya, ia telah melakukan pembakaran sebanyak lima kali di beberapa lokasi berbeda, termasuk satu insiden kebakaran besar pada 5 September 2024 yang menelan satu korban jiwa.
J mengungkapkan bahwa kehidupannya dipenuhi oleh pengalaman pahit sejak ia masih kecil.
Sejak berusia 1 tahun, J dititipkan oleh ayahnya kepada kakeknya, setelah kedua orang tuanya berpisah.
Sejak saat itu, ia mengaku sering mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya, bahkan setelah ayahnya menikah lagi.
Tersangka sering dipukul, disundut rokok, bahkan dianiaya dengan tongkat sapu.
"Sejak kecil, saya sering dipukul ayah saya. Bahkan ketika saya dan ibu saya berpisah, perlakuan buruk itu tidak berhenti," ungkap J.
Selain kekerasan fisik, ia juga mengaku sering menjadi korban bullying oleh orang-orang di sekitarnya.
"Kalau dibully itu sering, terutama secara fisik. Mereka bilang saya cacat atau tangan saya pengkor," lanjutnya.
BACA JUGA : e-Katalog Jadi Celah Korupsi di Kalsel, KPK Bakal Evaluasi Menyeluruh
Trauma yang mendalam dan rasa dendam akibat perlakuan ini akhirnya memuncak pada serangkaian aksi destruktif yang dilakukannya.