SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Rakyat Israel turun ke jalan dalam jumlah besar untuk memprotes dan menuntut gencatan senjata di Gaza, mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Para demonstran, yang merasa marah dan berduka setelah enam tawanan ditemukan tewas di Gaza, menyerukan agar Netanyahu berupaya lebih keras untuk mengamankan pembebasan para tawanan yang masih ditahan.
Puluhan ribu pengunjuk rasa meneriakkan tuntutan untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas guna membawa pulang tawanan yang tersisa.
BACA JUGA:Joe Biden Ajukan Proposal Perdamaian Permanen di Gaza: Hamas Setuju, Israel Pikir-Pikir
BACA JUGA:Dibombardir Iran, Warga Israel Kocar-kacir, PM Netanyahu Kabur Gunakan Pesawat
Aksi ini dianggap sebagai salah satu demonstrasi terbesar dalam 11 bulan terakhir. Menunjukkan adanya pergeseran signifikan meskipun negara tersebut masih sangat terpecah.
Serikat buruh terbesar di Israel, Histadrut, ikut menambah tekanan dengan menyerukan pemogokan umum yang direncanakan pada hari Senin 2 September 2024. Tujuannya untuk mengganggu sektor-sektor penting dalam ekonomi, seperti perbankan, layanan kesehatan, dan bandara utama negara itu.
Para pengunjuk rasa melambaikan bendera dan plakat di Tel Aviv. -AFP-
Meskipun negosiasi gencatan senjata sudah berlangsung berbulan-bulan, banyak pihak menyalahkan Netanyahu atas kegagalannya mencapai kesepakatan. Padahal survei menunjukkan mayoritas rakyat Israel mendukung langkah gencatan senjata tersebut.
BACA JUGA:Mahkamah Internasional: Pendudukan Israel di Wilayah Palestina Melanggar Hukum
Tiga dari enam tawanan yang ditemukan tewas, termasuk seorang warga Amerika Serikat, seharusnya dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan yang dibahas pada bulan Juli, yang membuat kemarahan publik semakin memuncak.
Pihak militer menyatakan bahwa tawanan-tawanan tersebut dibunuh sesaat sebelum pasukan Israel tiba di lokasi. Netanyahu menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terhambatnya negosiasi, dengan mengatakan, “Siapa pun yang membunuh para sandera tidak menginginkan kesepakatan.”
Hamas menawarkan untuk membebaskan para tawanan dengan syarat berakhirnya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina. Termasuk para pemimpin kelompok bersenjata di Gaza.
BACA JUGA:5 Nahdliyin Bertemu Presiden Israel, PBNU: Bukan Atas Nama Organisasi
BACA JUGA:Tagar #NeverBiden Mendadak Muncul Jelang Pilpres AS, Imbas Perang Israel-Palestina?