Harga jual Melon Golden Alisa mencapai Rp 40.000 per kilogram di tempat Sugiman, dan dapat mencapai Rp 47.000 per kilogram di pasar Jakarta dan mall.
"Untuk animo masyarakat, saya malah sampai kekurangan produk, ini aja udah antri pake aplikasi. Karena permintaan juga cukup banyak," jelas Sugiman.
BACA JUGA : Gagal Mejeng saat Upacara di IKN, Pelaku Usaha dan Ekraf Difasilitasi saat Perpindahan ASN
Ia juga memiliki rencana untuk mengekspor melon ini di masa depan, meskipun masih dalam tahap perencanaan jangka panjang.
Melon Golden Alisa ditanam di greenhouse menggunakan media tanam polybag ukuran 40-50 dengan komposisi 30% tanah, 30% kompos kohe kambing, dan 40% arang sekam.
Sistem pengairannya menggunakan drip irrigation, pemupukan dengan hidroponik vertigation, serta perawatan dan panen dilakukan secara manual.
Dengan kelebihan rasa yang manis, penampilan menarik, usia panen cepat, dan harga jual yang tinggi, Melon Golden Alisa menjadi alternatif menarik bagi konsumen dan petani di Indonesia.
Di sisi lain, sektor industri kreatif juga tidak ketinggalan. Yanti, salah seorang karyawan dari UMKM bisnis baju oleh-oleh dari Ibu Kota Negara (IKN), menawarkan kaos dengan ciri khas unik yang membedakan dari produk serupa lainnya.
BACA JUGA : Bukan di TMP, Renungan Suci 17 Agustus di IKN akan Digelar di Taman ini
“Yang membedakan kaos oleh-oleh di sini dengan yang lain tuh ini ada logo Sepaku di bagian lengannya ini, dan kita pakai bahan kaos yang bagus, adem. Logo Sepaku ini yang dari sini berarti originalnya,” ujar Yanti.
Untuk harga kaos yang dijajakan beragam, mulai dari 48 ribu untuk kaos anak-anak usia 2 tahun hingga 4 tahun.
Sementara untuk kaos dewasa, ukuran M dibanderol dengan harga 95 ribu, ukuran L seharga 105 ribu, dan ukuran XL 110 ribu.
Yanti mengungkapkan bahwa sang pemilik bisnis Sepaku T-Shirt ini memulai bisnisnya sejak seiring dengan mulai dibangunnya IKN.
“Mulai bisnis sudah lama sejak IKN baru mulai dibangun,” pungkas Yanti.
Ia berharap produk ini dapat menjadi salah satu pilihan favorit bagi wisatawan dan masyarakat lokal yang ingin memiliki kenang-kenangan dari IKN.