SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Presiden Rusia Vladimir Putin murka. Ukraina sengaja membombardir kapal perang besar Rusia di Krimea dengan rudal jelajah dan telah menewaskan satu orang.
Serangan tersebut dapat menahan langkah Moskow untuk merebut lebih banyak wilayah di Ukraina di sepanjang Laut Hitam di tengah perang Rusia vs Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia menuturkan bahwa Ukraina telah menggunakan rudal untuk menyerang pelabuhan Feodosia di Krimea melalui serangan udara. Kapal Novocherkassk juga dikabarkan telah rusak parah.
“Kita bisa lihat betapa dahsyatnya ledakannya, seperti apa ledakannya. Setelah itu, sangat sulit bagi sebuah kapal untuk bertahan, karena ini bukan roket, ini adalah ledakan amunisi,” jelas Juru Bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Ihnat, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/12/2023).
Adapun, Rusia telah mengisyaratkan adanya kemungkinan mencoba merebut lebih banyak wilayah Ukraina di sepanjang laut Hitam. Dimana pada awal Desember 2023 Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Odessa, yakni markas angkatan laut Ukraina, adalah kota milik Rusia.
Tidak terima kapal perangnya di bombardir, Putin balas dendam. Rusia melancarkan serangan rudal terbesarnya ke Ukraina, Jumat (29/12/2023). Negara itu menembakkan 158 drone dan 12 rudal ke kota-kota di Ukraina.
Kejadian ini menewaskan sebanyak 12 warga sipil, melukai puluhan lainnya dan menghantam bangunan tempat tinggal di Kyiv, bagian selatan serta barat negara itu. Dilaporkan pula, 10 orang di Kyiv terjebak di bawah reruntuhan sebuah gudang yang rusak akibat jatuhnya puing-puing.
"Hari ini, jutaan warga Ukraina terbangun karena suara ledakan yang keras," kata Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba menggambarkan serangan.
"Saya berharap suara ledakan di Ukraina dapat terdengar di seluruh dunia," tegasnya dikutip reuters.
Serangan udara besar-besaran itu terjadi saat Kyiv dipenuhi ketidakpastian akan dukungan militer dan keuangan Barat di masa depan untuk Kyiv. Perang Rusia dan Ukraina sendiri sudah terjadi sejak hampir dua tahun.
"Rusia menyerang dengan segala yang dimilikinya... Sekitar 110 rudal ditembakkan, sebagian besar ditembak jatuh," kata Presiden Volodymyr Zelenskiy melalui pesan Telegram.
Sementara itu, Komandan Angkatan Udara Ukraina Mykola Oleshchuk menyatakan serangan itu adalah serangan udara terbesar Rusia sejak invasi Februari 2022. Ia menggambarkannya melalui pesan Telegram sebagai "serangan udara paling masif.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Valeriy Zaluzhnyi mengatakan serangan itu menargetkan infrastruktur penting serta fasilitas industri dan militer. Belum ada komentar langsung dari Rusia.
Di sisi lain, Kementerian Energi Ukraina melaporkan pemadaman listrik di wilayah Odessa selatan, Kharkiv timur laut, Dnipropetrovsk tengah, dan Kyiv tengah. Ukraina telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Rusia mungkin menimbun rudal untuk melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap sistem energinya.
Secara rinci, data korban temas meliputi lima orang Dnipropetrovsk dan satu orang di Kyiv. Tiga orang tewas di kota pelabuhan Laut Hitam Odesa, sementara satu orang tewas di Lviv dan Zaporizhzhia.
Untuk diketahui, Rusia mengambil alih Krimea dari Ukraina pada 2014. Tindakan ini kemudian dikutuk oleh Ukraina dan Barat sebagai penyitaan yang ilegal.
Ukraina juga telah mampu untuk meluncurkan serangkaian serangannya terhadap Krimea yakni markas besar Armada Laut Hitam Rusia dan menimbulkan kerusakan yang serius. Serangan sebelumnya juga menargetkan kapal-kapal di yang berada di dermaga kering, kapal-kapal perang yang berlabuh di pelabuhan utama Sevastopol, lapangan terbang, kompleks Markas Besar Armada Laut Hitam, dan jembatan yang menghubungkan wilayah selatan Rusia dengan Krimea.
Selama konflik, armada Rusia telah digunakan untuk menghambat akses Ukraina ke Laut Hitam, yakni jalur ekspor utama bagi sektor pertanian dan ekspor baja, yang secara sebagian besar membentuk ekonomi negara tersebut.